Krisis Myanmar: 802 Warga Tewas, 4.120 Orang Ditahan dan 20 Orang Dijatuhi Hukuman Mati
Krisis di Myanmar setelah kudeta militer telah menewaskan 802 warga sipil. Menurut AAPP, 4.120 orang ditahan dan 20 di antaranya dijatuhi hukuman mati
Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
Jalan-jalan diblokir dan kehadiran pasukan di jalanan menghalangi mereka untuk kembali.
"Hampir semua orang meninggalkan kota. Kebanyakan dari mereka bersembunyi," kata seorang pejuang sukarelawan yang mengatakan dia berada di hutan.
Diberitakan sebelumnya, junta memberlakukan darurat militer di Kota Mindat pada Jumat (14/5/2021) lalu.
Darurat militer diberlakukan setelah terjadi penyerangan terhadap fasilitas umum, yaitu bank dan kantor polisi di wilayah yang berbatasan dengan India itu.
Baca juga: Myanmar Memenangkan Best National Costume di Miss Universe 2020 meski Kenakan Kostum Pengganti
Baca juga: Junta Myanmar Bebaskan Reporter Asal Jepang dan Penjarakan Jurnalis Lokal
Sebelum mengumumkan status darurat militer, junta menyalahkan 'teroris bersenjata' atas serangan tersebut.
Adapun kerusuhan di Kota Mindat pada Rabu (12/5/2021) dan Kamis (13/5/2021), melibatkan sekira 100 orang yang menggunakan senjata rakitan untuk menyerang sebuah kantor polisi.
Selain itu, sekira 50 orang lainnya menyerang Bank Ekonomi Myanmar, demikian diwartakan Myanmar News Agency.
Pasukan keamanan dilaporkan telah menangkis serangan tersebut tanpa menimbulkan korban.
Sementara itu, sebuah dokumen yang diunggah di media sosial oleh media lokal yang mengklaim berasal dari pemerintahan anti-junta di daerah Mindat, mengatakan deklarasi darurat militer tidak valid.
Dikatakan pula bahwa pertempuran itu dipicu oleh pasukan keamanan yang melanggar janji untuk membebaskan tujuh warga sipil yang ditahan selama protes.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Chinland, milisi yang baru dibentuk, mengatakan pihaknya berada di balik pertempuran terakhir dan mengkonfirmasi keaslian dokumen tersebut.
"Mereka (junta) tidak bisa lagi memerintah kota kecuali di beberapa daerah di mana mereka memiliki pangkalan," kata juru bicara itu.
"Mereka tidak memiliki kendali di daerah pedesaan," lanjutnya.
Juru bicara tersebut menambahkan, satu pejuang dari pasukannya tewas dan bentrokan terus berlanjut dengan tentara yang membawa bala bantuan.