Dorong Genjatan Senjata, Biden Telepon PM Israel Desak Segera Turunkan Ketegangan di Gaza
Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera menurunkan ketegangan dalam konflik Gaza menuju jalan gencatan senjata.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera menurunkan ketegangan dalam konflik Gaza menuju jalan gencatan senjata.
"Kedua pemimpin itu melakukan pembicaraan terperinci tentang keadaan di Gaza, kemajuan yang didapat Israel dalam melemahkan kemampuan Hamas dan elemen teroris lainnya, dan upaya diplomatik yang sedang berlangsung antara pemerintahan di kawasan dan Amerika Serikat," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan dalam sebuah pernyataan singkat di atas Air Force One, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (20/5/2021).
"Presiden menyampaikan kepada perdana menteri bahwa dia mengharapkan ada penurunan ketegangan yang signifikan dalam upaya menuju gencatan senjata," jean-Pierre menambahkan.
Baca juga: Kutuk Serangan Israel ke Palestina, Imam Besar Istiqlal: Susah Diterima Akal Sehat
Panggilan telepon itu terjadi tak lama sebelum Biden meninggalkan Washington ke Connecticut, di mana ia memberikan pidato permulaan di Akademi Penjaga Pantai AS.
Pejabat medis Palestina mengatakan 223 orang telah tewas dalam 10 hari serangan udara Israel, sementara otoritas Israel melapokan korban tewas di negara mereka sebanyak 12 orang.
Menanggapi seruan de-eskalasi Biden, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan mereka yang berusaha memulihkan ketenangan harus "memaksa Israel untuk mengakhiri agresinya di Yerusalem dan pembomannya terhadap Gaza."
Qassem mengatakan kepada Reuters bahwa "jika Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Yerusalem dan mengakhiri pembomannya di Gaza, mungkin ada ruang untuk berbicara tentang memulihkan ketenangan."
Baca juga: Imam Besar Masjid Istiqlal Ajak Masyarakat Indonesia Galang Dana untuk Palestina
Hamas mulai menembakkan roket pada 10 Mei sebagai pembalasan atas apa yang dikatakannya adalah pelanggaran hak-hak oleh Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem selama bulan suci Ramadan.
Serangan roket itu menyusul bentrokan antara polisi Israel dengan para jamaah di Masjid al-Aqsa di Yerusalem dan putusan pengadilan atas pemukim Israel untuk mengusir warga Palestina dari lingkungan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.(Reuters)