Dianggap Sebarkan Berita Hoaks, Dua Wartawan Dipenjarakan Junta Myanmar, Total 87 Jurnalis Ditangkap
Pemerintah militer atau junta Myanmar penjarakan dua wartawan karena dianggap sebarkan berita hoaks, dengan demikian total 87 jurnalis telah ditangkap
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Diketahui, sejak menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, militer telah menindak media independen.
Militer mencabut izin sejumlah organisasi berita, termasuk DVB dan Mizzima, juga membatasi akses ke internet dan melarang televisi satelit.
Menurut kelompok pemantau Reporting ASEAN, 87 wartawan telah ditangkap sejak kudeta dan 51 masih ditahan.
Sejumlah wartawan asing juga telah ditahan termasuk dua warga negara AS.
Danny Fenster, redaktur pelaksana publikasi independen Frontier Myanmar, ditangkap pada 24 Mei 2021 saat dia akan melakukan perjalanan pulang.
Frontier mengatakan bahwa pihaknya belum menerima informasi tentang keberadaan atau kondisi Fenster, Senin (31/5/2021).
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan bahwa AS telah menekan militer untuk membebaskan Fenster dan Editor Media Kamayut Nathan Maung, yang ditangkap pada bulan Maret.
Sherman juga memperingatkan bahwa masalah ini telah diangkat dengan melibatkan negara-negara lain di kawasan itu.
“Penahanan Daniel dan Nathan, serta penggunaan kekerasan oleh militer Burma kepada jurnalis lain, merupakan serangan yang tidak dapat diterima terhadap kebebasan berekspresi di Burma,” kata Sherman dalam panggilan telepon dengan media di Bangkok, merujuk pada Myanmar oleh nama lamanya.
Tak hanya menindak jurnalis, militer melalui pasukan keamanan juga telah menanggapi penentangnya, yaitu warga sipil, dengan kekerasan.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) telah melacak penangkapan dan 841 kematian dalam kekerasan tersebut.
Baca juga: Wartawan AS Ditahan di Myanmar saat Mencoba Naik Pesawat untuk Pulang
Baca juga: Amerika Puji Kepemimpinan Indonesia Tangani Krisis di Myanmar
Junta Diam-diam Pindahkan Aung San Suu Kyi Ke Lokasi Tidak Diketahui
Junta telah memindahkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan mantan presiden Win Myint dari kediaman mereka di ibukota ke lokasi yang tidak diketahui.
Kedua tokoh sipil Myanmar itu telah ditahan junta militer sejak merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari lalu.