Aung San Suu Kyi Hadiri Persidangan, Sebut Sejumlah Kesaksian Itu Salah
Aung San Suu Kyi menghadiri sidang Senin (21/6) dan menyatakan sejumlah kesaksian atas dakwaan pihak junta militer Myanmar terhadapnya itu tidak benar
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, YANGON – Pemimpin Myanmar yang digulingkan kembali hadir di persidangan di pengadilan khusus di ibu kota Naypyidaw, Myanmar, Senin (21/6).
Persidangan kemarin mendengarkan kesaksian terkait tuduhan bahwa Aung San Suu Kyi melanggar pembatasan virus corona selama pemilihan tahun lalu yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dan walkie-talki yang diimpor secara ilegal.
Wartawan dilarang mengikuti persidanga, dan laporan AFP menyebutkan bahwa banyak polisi berjaga di luar persidangan.
Tim pengacara mengatakan bahwa Suu Kyi memberi tahu mereka Senin (21/6) kemarin bahwa sejumlah kesaksian atas tuduhan criminal terhadap dirinya adalah tidak benar.
Persidangan Senin kemarin memasuki minggu kedua. Pengacara Aung San Suu Kyi mengatakan mereka mengharapkan persidangan selesai pada 26 Juli.
Baca juga: Aung San Suu Kyi Berterima Kasih atas Gerakan Bunga Pendukungnya, Beri Cokelat ke Pengacara
Baca juga: Aung San Suu Kyi Muncul Pertama Kalinya di Sidang Sejak Ditangkap Junta Militer
Suu Kyi didakwa mengimpor walkie-talkie secara ilegal untuk digunakan pengawalnya, penggunaan radio tanpa izin, menyebarkan informasi yang dapat menyebabkan alarm atau kerusuhan publik, dan melanggar pembatasan pandemi Covied-19 selama kampanye pemilihan 2020.
Sejumlah kecaman ditujukan kepada junta militer yang dianggap menggunakan kasus ini untuk mendiskreditkan Suu Kyi dan melegitimasi perebutan kekuasaan.
Tuduhan dalam persidangan dianggap relative ringan. Namun jika terbukti bersalah, dapat mencegah Suu Kyi mengikuti pemilihan baru yang dijanjikan oleh militer dalam waktu dua tahun setelah kudeta.
Bahkan jika Aung San Suu Kyi dibebaskan, ada dua tuduhan yang lebih serius terhadapnya yang belum diadili.
Pertama, melanggar undang-undang rahasia negara, peninggalan dari hukum kolonial Inggris yang dapat dihukum hingga 14 tahun penjara.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Diam-diam Pindahkan Aung San Suu Kyi Ke Lokasi Tidak Diketahui
Kedua, menerima suap, yang membawa hukuman penjara maksimal 15 tahun.
Salah satu pengacaranya, Min Min Soe, mengatakan, Aung San Suu Kyi mendengarkan dengan penuh minat selama seluruh proses persidangan. “Ia memberi tahu kami kesaksian mana yang salah, mana yang harus diperiksa silang," kata Min Min Soe, tanpa memerincinya.
Pengacaranya yang lain, Kyi Win, mengatakan persidangan kemarin mendengarkan kesaksian polisi dan seorang pejabat lokal melibatkan tuduhan melanggar peraturan pengendalian pandemi, dan impor dan penggunaan walkie-talkie yang tidak terdaftar.
Kyi Win mengatakan kapten tentara yang bersaksi tentang mengimpor radio memberikan sedikit rincian ketika dia menanyainya.
“Yang bisa dia katakan adalah bahwa peralatan telekomunikasi telah diserahkan kepadanya. Dan dia tidak tahu sisanya, ”kata Kyi Win.
Baca juga: UE Kecam Rencana Komisi Pemilihan yang Ditunjuk Junta Myanmar untuk Bubarkan Partai Aung San Suu Kyi
Gerakan Bunga
Aung San Suu Kyi mengambil kesempatan bertemu dengan pengacaranya untuk menyampaikan pesannya kepada para pendukungnya.
Dalam pertemuan selama setengah jam sebelum persidangan kemarin, Aung San Suu Kyi berterima kasih kepada para pendukungnya yang setia dan tetap menentang junta militer melalui aksi protes bunga.
Pendukung Suu Kyi melakukan aksi unjuk rasa di seluruh negeri pada hari Sabtu (19/6) dengan mengenakan bunga di rambut mereka, rambut panjang gaya khas Suu Kyi, untuk menandai hari ulang tahun ikon demokrasi yang kini ditahan junta militer.
Banyak yang meniru gaya rambut bunga dan mengunggah gambar ke media sosial, dari mantan ratu kecantikan hingga tentara pemberontak.
Pengacara Suu Kyi, Khin Maung Zaw, mengatakan kepada wartawan di persidangan Senin kemarin bahwa Suu Kyi menyampaikan terima kasihnya dan menyampaikan keinginannya untuk rakyat.
Baca juga: Junta Militer Keluarkan Tuduhan Baru Kasus Korupsi Aung San Suu Kyi
“Dia dalam keadaan sehat,” ujar Zaw, saat mendampingi Suu Kyi dalam persidangan kemarin.
Pengacara lainnya, Min Min Soe, mengatakan Suu Kyi memberi mereka masing-masing empat cokelat untuk perayaan ulang tahunnya. “Dia juga menyuruh masyarakat untuk bersatu,” katanya.
Pertemuan singkat dengan tim hukumnya telah menjadi satu-satunya cara Suu Kyi menjangkau dunia luar sejak ia ditahan Februari lalu.
Bulan lalu Suu Kyi menggunakan penampilan pertamanya di pengadilan untuk menyuarakan pembangkangan terhadap junta.
Saat itu, ia menegaskan bahwa partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy-NLD) akan ada selama orang ada karena didirikan untuk rakyat.
Baca juga: Sidang Aung San Suu Kyi untuk Dengar Kesaksian Saksi Pertama
Pemimpin Junta Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan dengan dalih adanya dugaan kecurangan pemilu dalam pemilihan November dan mengancam akan membubarkan NLD.
Tuduhan lain terhadap Suu Kyi termasuk klaim bahwa dia menerima pembayaran emas secara ilegal dan melanggar undang-undang kerahasiaan era kolonial.
Militer mengambil alih kekuasaan Februari lalu dan mencegah partai NLD pimpinan Aung San Suu Kui memulai kekuasaannya setelah menang telak dalam pemilihan November 2021.
Suu Kyi dan Presiden Win Myint serta anggota senior pemerintah dan partainya ditangkap, dan negara itu sekarang berada di bawah kekuasaan junta militer.
Menyusul kudeta militer, terjadi pemberontakan massal di Myanmar yang dihadapi tindakan keras oleh junta sehingga menewaskan lebih dari 870 warga sipil, seperti dilaporkan kelompok pemantau lokal.
Baca juga: KPU Pilihan Junta Milter Myanmar Bubarkan Partai Aun San Suu Kyi
Militer memerintah Myanmar selama 50 tahun setelah kudeta pada tahun 1962 dan menahan Aung San Suu Kyi di bawah tahanan rumah selama 15 tahun setelah pemberontakan rakyat tahun 1988.
Resolusi Majelis Umum PBB Jumat (18/6) lalu meminta pemerintah militer yang berkuasa untuk memulihkan transisi demokrasi negara itu, mengutuk "kekerasan yang berlebihan dan mematikan" sejak kudeta itu dan meminta semua negara "untuk mencegah aliran senjata ke Myanmar.”
Resolusi itu juga meminta militer untuk segera dan tanpa syarat membebaskan Aung San Suu Kyi, Win Myint dan pejabat serta politisi lainnya yang ditahan setelah pengambilalihan, serta “semua orang yang telah ditahan, didakwa, atau ditangkap secara sewenang-wenang.” (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)