Komite Hak Anak PBB: 75 Anak Tewas, 1.000 Orang Ditahan Sejak Kudeta Myanmar
Pakar PBB mengatakan puluhan anak terbunuh dan ratusan orang ditahan secara sewenang-wenang di Myanmar, sejak kudeta 1 Februari 2021 kemarin.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWW.COM - Pakar hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, puluhan anak terbunuh dan ratusan orang ditahan secara sewenang-wenang di Myanmar, sejak kudeta 1 Februari 2021 lalu.
Melansir Al Jazeera, gejolak politik di Myanmar terus berlanjut bahkan ketika negara itu berada di situasi darurat keseahtan karena pandemi virus corona.
Komite hak anak PBB melaporkan pada Jumat (16/7/2021) bahwa mereka telah menerima “informasi yang dapat dipercaya, ada 75 anak telah terbunuh dan sekitar 1.000 ditangkap di Myanmar sejak kudeta.
“Anak-anak di Myanmar dikepung dan menghadapi korban jiwa akibat kudeta militer,” kata Ketua Komite Mikiko Otani dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: POPULER Internasional: Pawang Ular Tewas Digigit Ular | Junta Myanmar Disebut Menimbun Oksigen
Baca juga: Dokter Sebut Junta Myanmar Menimbun Pasokan Oksigen dan Vaksin, Akses Rumah Sakit Swasta Dipersulit
Penduduk Myanmar telah mengambil bagian dalam protes massal, tetapi telah bertemu dengan tanggapan militer brutal sejak kudeta yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
“Anak-anak terpapar kekerasan tanpa pandang bulu, penembakan acak, dan penangkapan sewenang-wenang setiap hari,” kata Otani.
“Militer menodongkan senjata ke arah mereka dan melihat hal yang sama terjadi pada orang tua dan saudara mereka,” lanjutnya.
Komite tersebut terdiri dari 18 ahli independen yang bertugas memantau pelaksanaan Konvensi Hak Anak, yang ditandatangani Myanmar pada tahun 1991.
Para ahli mengatakan mereka "sangat mengutuk pembunuhan anak-anak oleh junta dan polisi", menunjukkan bahwa "beberapa korban dibunuh di rumah mereka sendiri".
Mereka termasuk seorang gadis enam tahun di kota Mandalay, ditembak di perut oleh polisi, kata pernyataan itu.
Baca juga: Ratusan Aktivis Antikudeta Myanmar Gelar Unjuk Rasa Lagi: Kami Tidak Takut Covid-19 dan Junta
Anak-anak sebagai 'sandera'
Para ahli juga mengecam penahanan sewenang-wenang yang meluas terhadap anak-anak di kantor polisi, penjara, dan pusat penahanan militer.
Mereka menunjuk otoritas militer yang melaporkan praktik menyandera anak-anak ketika mereka tidak dapat menangkap orang tua mereka, termasuk seorang gadis berusia lima tahun di wilayah Mandalay yang ayahnya membantu mengorganisir protes anti-militer.
Pada Jumat, situs berita Myanmar Now juga melaporkan bahwa dua anak di bawah umur, berusia 12 dan 15 tahun termasuk di antara tujuh penduduk desa dari kotapraja Sintgaing, wilayah Mandalay, yang ditahan dan didakwa memiliki bahan peledak.