Mantan Agen CIA Menilai Amerika Serikat Sia-sia Dalam Perang di Afghanistan dan Irak
Mantan agen rahasia (CIA) menilai Amerika Serikat sia-sia menghabiskan triliunan dolar AS dalam perang di Afghanistan dan Irak
Editor: hasanah samhudi
Secara keseluruhan, Giraldi menganggap keterlibatan AS di Afghanistan dalam upaya membersihkan dunia dari jenis teroris telah membuat negara itu lebih lemah dan lebih tidak fokus daripada pada tahun 2001.
Baca juga: Tentara AS Tinggalkan Pangkalan Militer Bagram Tanpa Memberi Tahu Militer Afghanistan
Baca juga: Amerika Serikat Lancarkan Serangan Udara di Suriah dan Irak, Targetkan Milisi yang Didukung Iran
“Sebuah laporan setebal 23 halaman baru-baru ini menunjukkan bahwa moral tentara merosot dan banyak perwira top pensiun atau berhenti karena muak sejak Menteri Pertahanan Lyoid Austin pada Februari memerintahkan seluruh militer AS mundur,” katanya.
Dikatakannya, Presiden Biden berjanji untuk menyelesaikan penarikan militer pada akhir Agustus, dan kehadiran militer akan dikurangi menjadi satu batalyon tentara untuk mengamankan Kedutaan Besar dan stasiun CIA di Kabul.
Ia mencatat bahwa situasi itu "tidak berkelanjutan kecuali tercapai pemerintahan koalisi Afghanistan.” Dan dengan keberhasilan Taliban sejauh ini, katanya, sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi.
Ini akan membuat AS harus mempertahankan hubungan langsung ke bandara kota, di mana pemerintah sedang bernegosiasi dengan Turki untuk mempertahankan pasukannya.
Meskipun Turki telah menyetujui misi ini, Taliban telah menyatakan bahwa kehadiran militer Turki di wilayah bandara tidak dapat diterima dan Taliban akan melakukan tindakan militer balasan.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Janjikan Terus Dukungan AS
Baca juga: 5 Roket Sasar Pangkalan Udara di Irak yang Tampung Kontraktor AS
Selain itu, katanya, AS mencoba bernegosiasi dengan tetangga Afghanistan bagi pengerahan militer jika ada serangan militer di negara itu.
“Jadi keluar dari Afghanistan akan jauh lebih sulit daripada masuk,” Giraldi menyimpulkan.
“Dan tidak dapat dielakkan fakta bahwa seluruh petualangan Afghanistan adalah pemborosan nyawa dan sumber daya. Lain kali, mungkin Washington akan ragu untuk menyerang, tetapi mengingat kurangnya pemikiran mendalam yang terjadi di Gedung Putih, saya menduga orang Amerika akan terlibat di ‘Afghanistan’ lain,” katanya.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimimenyatakan dalam sebuah wawancara bahwa negaranya tidak lagi membutuhkan pasukan Amerika di wilayahnya.
Dan awal pekan ini, dilaporkan bahwa pada hari-hari berikutnya, para pejabat tinggi AS dan Irak diperkirakan akan mengumumkan penarikan pasukan Amerika dari negara yang dilanda perang itu pada akhir tahun 2021.
Sebelumnya pada bulan Juli, Departemen Pertahanan AS menyatakan bahwa sekitar 90 persen tentara telah meninggalkan Afghanistan, sementara Taliban telah mendorong kembali militer Afghanistan dan mendapatkan kendali atas wilayah-wilayah penting. (Tribunnews.com/Sputniknews/Hasanah Samhudi)