Epidemiolog Islandia: Pemberlakuan Pembatasan Covid-19 Bisa Berlangsung Hingga 15 Tahun
Islandia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa penerapan sistem pembatasan virus corona (Covid-19) akan berlangsung selama 15 tahun
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, REYKJAVIK - Kepala Ahli Epidemiologi Islandia, Thorolfur Gudnason mengatakan Islandia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa penerapan sistem pembatasan virus corona (Covid-19) yang baru-baru ini kembali diberlakukan akan diperlukan hingga 15 tahun ke depan.
Meskipun sebagian besar populasi orang dewasa di negara itu telah memperoleh vaksinasi.
"Itu bisa saja terjadi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Itulah yang telah kami katakan selama ini, bahwa tidak ada prediktabilitas dalam hal ini," kata Gudnason, kepada surat kabar Morgunbladid.
Ia menegaskan, epidemi Covid-19 tidak akan berakhir di negara tersebut sampai dinyatakan benar-benar berakhir di seluruh dunia.
Baca juga: PM Jepang Sahkan Penggunaan 2 Juta Vaksin AstraZeneca Bagi Rakyatnya
Selain itu, dia mengakui bahwa proteksi vaksin terhadap infeksi virus itu ternyata lebih rendah.
Bahkan potensi mereka yang telah divaksinasi untuk tertular virus tersebut diperkirakan mencapai 90 persen.
Baca juga: Miliarder Vokal China Sun Dawu Divonis 18 Tahun Penjara Karena Memprovokasi
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (30/7/2021), pada 26 Juni lalu, pihak berwenang Islandia memilih untuk mencabut semua aturan pembatasan domestik, dan 'mendorong' media di seluruh dunia untuk memuji Islandia sebagai negara yang berhasil 'mengalahkan' virus corona.
Baca juga: Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan
Saat itu, tidak ada satupun kasus Covid-19 yang tercatat dalam beberapa pekan, dan tidak ada kematian yang dilaporkan sejak Desember 2020.
Pada saat yang sama, sebagian besar populasi orang dewasa di Islandia pun telah divaksinasi.
Untuk kelompok usia di atas 50 tahun, proporsinya bahkan mendekati 100 persen.
Namun, negara tersebut kini telah melihat peningkatan kasus secara signifikan yang disebabkan varian B.1.617.2 (Delta), dengan sebagian besar infeksi baru terjadi diantara mereka yang telah divaksinasi secara lengkap.
Pekan ini, penyebaran kasus infeksi mencapai level tertinggi, dengan mencatat 131 kasus harian.
Gelombang infeksi baru ini akhirnya memaksa pihak berwenang Islandia untuk kembali menerapkan sistem pembatasan, seperti persyaratan untuk menggunakan masker di dalam ruangan.
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) melabeli Islandia sebagai negara kategori 'oranye' dalam laporan terbarunya terkait situasi epidemiologis Covid-19 secara global.
Namun mirisnya, pada awal pekan ini, status alert Islandia meningkat dan diklasifikasikan masuk dalam kategori 'merah'.
Ini karena terjadinya peningkatan kasus infeksi baru-baru ini dalam level pemberitahuan Covid-19 global yang melewati angka 200 per 100.000 orang pada pekan ini.
Hingga saat ini, negara yang memiliki populasi sebanyak 330.000 orang itu telah mengalami 7.676 kasus dan 30 kematian.