Risiko Covid-19 Meningkat, Inggris Desak Ibu Hamil untuk Divaksinasi
Otoritas Kesehatan Masyarakat Inggris telah mengatakan bahwa mereka merekomendasikan ibu hamil mendapatkan vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Otoritas kesehatan Inggris telah mendesak lebih banyak ibu hamil untuk memperoleh vaksinasi virus corona (Covid-19), setelah sebuah penelitian nasional menemukan bahwa varian B.1.617.2 (Delta) dapat meningkatkan risiko gejala parah.
Kepala petugas kebidanan untuk Inggris, Jacqueline Dunkley-Bent menuliskan surat yang ditujukan kepada dokter umum dan bidan di negara itupada hari Jumat lalu.
Ia mendesak mereka untuk mendorong para ibu hamil agar mau divaksinasi, karena data baru menunjukkan terdapat peningkatan kasus parah diantara mereka yang dirawat di rumah sakit dengan gejala virus tersebut.
Baca juga: Besok 620.000 Vaksin AstraZeneca dari Pemerintah Inggris Tiba di Indonesia
Bent pun menyerukan agar para ibu hamil ini 'melindungi diri mereka sendiri dan bayi mereka'.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (1/8/2021), Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) dan Royal College of Midwives juga merekomendasikan vaksinasi untuk ibu hamil.
Sementara itu Otoritas Kesehatan Masyarakat Inggris telah mengatakan bahwa mereka merekomendasikan ibu hamil untuk mendapatkan vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Karena dua merek vaksin asal Amerika Serikat (AS) ini sebelumnya telah diberikan kepada lebih dari 130.000 ibu hamil di AS.
Baca juga: Biden Sebut Jakarta akan Tenggelam, Riset Lembaga Asal Inggris Perkirakan Tahun 2050
Sebuah makalah yang ditulis berdasar pada data nasional yang dikumpulkan oleh Sistem Pengawasan Obstetri Inggris dan diterbitkan secara online pada 25 Juli lalu menemukan bahwa proporsi ibu hamil yang dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang hingga berat mengalami peningkatan 'secara signifikan', setelah varian Delta menjadi varian dominan yang ditemukan pada mayoritas kasus untuk periode Mei lalu.
Menurut makalah yang ditulis oleh para peneliti Universitas Oxford itu, para ibu hamil yang dirawat di rumah sakit selama munculnya gelombang Delta, berpotensi besar terkena pneumonia, dengan sepertiga diantaranya membutuhkan alat bantu pernafasan.
Seperti yang disampaikan Kepala Peneliti studi tersebut, Profesor Marian Knight.
"Sangat memprihatinkan bahwa angka penerimaan ibu hamil yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi Covid-19 meningkat dan kondisi mereka tampaknya mayoritas didominasi oleh varian Delta," kata Prof. Knight.
Baca juga: Covid-19 Varian Delta Menyebar di China, Bermula dari Nanjing
Di sisis lain, Kepala Vaksin Organisasi Kesehatan Dunia Kate O'Brien mengatakan pada pekan ini bahwa kondisi kehamilan telah terbukti meningkatkan risiko munculnya gejala parah virus ini.
"Itu membuat anda berisiko lebih besar dan di kemudian hari saat perut anda membesar, kapasitas paru-paru anda justru berkurang. Sangat penting bagi ibu hamil untuk memahami pentingnya divaksinasi," kata O'Brien.
Perlu diketahui, Inggris sebenarnya telah merekomendasikan vaksinasi terhadap ibu hamil sejak April lalu, namun antusiasmenya sangat rendah dibandingkan dengan populasi umum.
"Temuan penelitian ini sangat menyoroti kebutuhan mendesak akan pendekatan internasional untuk mengatasi kesalahan informasi ini dan meningkatkan penyerapan vaksin selama kehamilan," katanya.
Sebelumnya, sebuah survei yang dilakukan oleh RCOG pada Mei lalu menemukan bahwa sebanyak 58 persen ibu hamil yang ditawarkan vaksinasi menolak untuk divaksin, dengan sebagian besar mengaku takut membahayakan bayi atau sedang menunggu informasi lebih lanjut tentang tingkat keamanannya.
Sumber: https://www.channelnewsasia.com/news/world/uk-pregnant-women-covid-19-vaccines-study-delta-variant-symptoms-15348154