Iran Bantah Tuduhan Soal Serangan ke Kapal Tanker: Ini Tanggapan Perdana Menteri Israel
Iran menyangkal tuduhan Israel, Inggris, dan AS bahwa Iran terlibat dalam serangan terhadap tanker milik miliarder Israel Eyal Ofer
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Pemerintah Iran menyangkal klaim Israel, Amerika Serikat, dan Inggris bahwa pihaknya berada di balik serangan terhadap sebuah kapal di lepas pantai Oman yang menewaskan dua awak kapal.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengecam tuduhan itu dalam konferensi pers virtual pada hari Minggu (1/8). Ia mengatakan, ini bukan pertama kalinya Israel membuat klaim seperti itu.
“Ke mana pun rezim ini pergi, ia membawa ketidakamanan, teror, dan kekerasan dengan sendirinya. Mereka yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah orang-orang yang membiarkan rezim Israel menginjakkan kaki di wilayah ini,” katanya.
“Siapa yang menabur angin akan menuai badai,” kata Khatibzadeh, seraya menambahkan bahwa Iran akan mempertahankan keamanan nasionalnya di mana pun diperlukan.
Kapal tanker minyak berbendera Liberia, Mercer Street, yang dikelola oleh perusahaan milik miliarder Israel Eyal Ofer, dihantam Kamis (30/7) malam di timur laut pulau Masirah, Oman.
Baca juga: Kapal Tanker Minyak di Lepas Pantai Suriah Terkena Serangan Pesawat Tak Berawak
Baca juga: AS Sita Kapal Tanker Pengangkut Minyak ke Korea Utara karena Langgar Sanksi Internasional
Serangan pesawat tak berawak yang menewaskan seorang warga Rumania dan Inggris.
Pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Naftali Bennet, menuduh Iran berada di balik serangan itu tetapi belum memberikan bukti.
“Saya baru saja mendengar bahwa Iran, dengan cara yang pengecut, mencoba untuk mengelak dari tanggung jawab atas peristiwa tersebut. Mereka menyangkal hal ini. Saya menentukan, dengan kepastian mutlak: Iran melakukan serangan terhadap kapal itu, ”kata Bennett pada rapat kabinet pada hari Minggu (1/8), seperti yang diposting di akun Twitter PM Israel.
“Bukti intelijen untuk ini ada dan kami berharap komunitas internasional akan menjelaskan kepada rezim Iran bahwa mereka telah membuat kesalahan serius. Bagaimanapun, kami tahu cara mengirim pesan ke Iran dengan cara kami sendiri,” ujarnya seperti dilansir dari Al Jazeera.
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab memberikan tanggapannya.
Baca juga: Kapal Tanker Iran dan Panama Diduga Transfer BBM Ilegal di Perairan Pontianak Segera Diinvestigasi
Baca juga: Kapal Tankernya Disita di Perairan Kalimantan, Iran Minta Indonesia Jelaskan Alasannya
Blinken mengatakan, dia yakin Iran melakukan serangan menggunakan drone bersenjata.
"Tidak ada pembenaran untuk serangan ini, yang mengikuti pola serangan dan perilaku agresif lainnya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Blinken menambahkan, AS sedang berkonsultasi dengan pemerintah di dalam dan di luar kawasan tentang tanggapan yang tepat.
Sementara Dominic Raab mengatakan sangat mungkin Iran menyerang kapal tanker di perairan internasional dengan satu atau lebih drone.
"Kami percaya serangan ini disengaja, ditargetkan dan jelas merupakan pelanggaran hukum internasional oleh Iran," kata Raab.
Baca juga: Armada besar Tanker Minyak Iran Siap Kirim Minyak Lagi ke Venezuela
Baca juga: Antony Blinken: AS Terima Informasi Lebih Lanjut dari Israel tentang Pemboman Menara Media di Gaza
Ia mengatakan, Iran harus menghentikan serangan semacam itu, dan kapal harus diizinkan untuk bernavigasi secara bebas sesuai dengan hukum internasional.
Arab News melansir dari Al-Alam yang berbahasa Arab Iran bahwa serangan terhadap kapal tanker itu adalah tanggapan terhadap serangan Israel baru-baru ini”.
Al-Alam yang mengutip sumber-sumber regional yang mendapat informasi mengatakan, serangan Israel itu menargetkan sebuah bandara di Suriah tengah di mana Iran mendukung rezim tersebut.
Setelah serangan itu, kapal Angkatan Laut AS mengawal Mercer Street saat menuju ke pelabuhan yang aman.
Iran dan Israel selama bertahun-tahun terlibat dalam saling tuduh atas serangan terhadap kepentingan, kapal, dan fasilitas nuklirnya.
Baca juga: China Usir Kapal Perang AS di Laut China Selatan, Blinken Peringatkan Beijing Tak Ganggu Filipina
Tetapi permusuhan mereka selama bertahun-tahun telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika kekuatan dunia mencoba menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang, jika berhasil, akan mencabut sanksi keras AS terhadap Iran.
Insiden yang melibatkan Mercer Street itu terjadi beberapa hari sebelum Ebrahim Raisi dijadwalkan dilantik sebagai presiden kedelapan Iran pada Kamis (30/7/2021).
Hakim yang terkenal dengan garis kerasnya ini berjanji untuk memulihkan kesepakatan, yang ditinggalkan secara sepihak oleh AS pada 2018, tetapi nasib kesepakatan itu masih belum jelas karena beberapa masalah utama masih belum terpecahkan.
Pembicaraan ketujuh dan berpotensi final di ibu kota Austria, Wina, diperkirakan akan dimulai segera setelah Raisi menjabat.
Para pengamat memperkirakan Iran dan AS berselisih mengenai sanksi mana yang harus dicabut dan bagaimana caranya.
Baca juga: Pandangan Iran Terhadap Pemerintahan Baru Israel di Bawah Kepemimpinan Naftali Bennett
Selain itu juga mengenai bagaimana Teheran perlu mengurangi program nuklirnya yang telah berkembang secara signifikan setelah AS mengabaikan kesepakatan nuklir. (Tribunnews.com/Aljazeera/ArabNews/Hasanah Samhudi)