WHO Desak Negara Kaya Setop Berikan Booster Vaksin Covid-19, Alihkan ke Negara Miskin
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta negara kaya (G20) moratorium booster vaksin selama dua bulan,dan alihkan ke negara miskin
Editor: hasanah samhudi
Namun Amerika Serikat menolak seruan WHO itu.
Baca juga: Studi: Antibodi Vaksin Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Namun Booster Dapat Membantu
Baca juga: Dilarang WHO, Thailand Dukung Pencampuran Dua Merek Vaksin Berbeda untuk Dosis Kedua Bahkan Booster
“Kami benar-benar merasa bahwa itu adalah pilihan yang salah dan kami dapat melakukan keduanya,” Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, Rabu kemarin, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Psaki menambahkan, negara itu memiliki persediaan yang cukup untuk terus mendistribusikan suntikan ke luar negeri sambil juga memastikan bahwa setiap orang Amerika dapat divaksinasi sepenuhnya.
Presiden AS Joe Biden Selasa lalu mengatakan bahwa negaranya telah mengirim lebih dari 100 juta dosis vaksin untuk didistribusikan di negara-negara miskin.
Sebagian besar vaksin itu dikirimkan melalui program COVAX, yang dioperasikan bersama oleh WHO dan aliansi lainnya.
Data yang didapat dari Universitas John Hopkins menunjukkan, total kasus global melampaui 200 juta pada hari Rabu (4/8). Juga dilaporkan total 4,25 juta kematian sejak awal pandemi.
Baca juga: 1,47 Juta Tenaga Kesehatan Akan Dapat Vaksin Booster, Pemerintah Putuskan Pakai Moderna
Baca juga: Inggris Mulai Uji Coba Suntikan Vaksin Dosis Ketiga Booster pada 3.000 Peserta
Angka tersebut terjadi di tengah lonjakan kasus akibat penyebaran virus corona varian Delta yang lebih menular, termasuk di Amerika Serikat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan rata-rata kasus aktif tujuh hari sebesar 89.463 pada hari Selasa (3/8/2021).
Saat ini AS berencana mencapai 70 persen orang dewasa setidaknya sudah divaksin satu kali.
Pekan lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menerima suntikan ketiga vaksin virus corona.
Israel memulai program dosis booster kepada orang berusia di atas 60 tahun sebagai bagian dari upaya untuk memperlambat penyebaran varian Delta yang sangat menular di negara itu.
Baca juga: Dinilai Miliki Efikasi Tinggi, Vaksin Moderna Akan Dipakai Vaksinasi Booster untuk Nakes
Pada bulan Juli, AS menandatangani kesepakatan dengan Pfizer dan mitra Jerman BioNTech untuk membeli 200 juta dosis tambahan vaksin mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.
“Kita perlu fokus pada orang-orang yang paling rentan, paling berisiko terkena penyakit parah dan kematian, untuk mendapatkan dosis pertama dan kedua mereka,” kata Katherine O'Brien dari WHO kepada wartawan.
Distribusi yang tidak merata telah menjadi sumber perdebatan selama berbulan-bulan di Organisasi Perdagangan Dunia karena negara-negara berkembang.