Situasi Kabul Tak Menentu, Maskapai Penerbangan Hindari Wilayah Udara Afghanistan
Otoritas Penerbangan Sipil Afghanistan menyarankan kepada maskapai penerbangan untuk mengubah rute, karena wilayah udara Kabul saat ini tak terkendali
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM - Maskapai internasional, mengubah rute penerbangannya untuk menghindari wilayah udara Afghanistan setelah kelompok Taliban berhasil menguasai Istana Presiden di Kabul, Ibu Kota Afghanistan.
Mengutip dari laman situs The News pada Selasa (17/8/2021), maskapai British Airways, Lufthansa, Singapore Airlines, Air France dan Virgin Atlantic mengumumkan tidak lagi terbang di wilayah udara Afghanistan.
Baca juga: Dikritik Gara-gara Taliban Berkuasa, Joe Biden Justru Salahkan Presiden dan Militer Afghanistan
Hal ini menyusul adanya pemberitahuan dari Otoritas Penerbangan Sipil Afghanistan, bahwa wilayah udara Kabul telah dibebaskan untuk militer.
Otoritas Penerbangan Sipil Afghanistan pun menyarankan kepada maskapai penerbangan untuk mengubah rute, karena wilayah udara Kabul saat ini tidak terkendali.
Baca juga: Pengamat Sebut RI Punya Peluang untuk Kerja Sama dengan Afghanistan yang Dipimpin Taliban
British Airways mengatakan, saat ini pihaknya tidak lagi menggunakan wilayah udara Afghanistan pasca adanya pemberitahuan dari otoritas penerbangan di negara tersebut.
Selain itu, Air France juga mengubah rute penerbangan mereka menuju Bangkok, Kota Ho Chi Minh, Delhi dan Singapura agar tidak melewati kawasan udara Afghanistan.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Singapore Airlines, Virgin Atlantic dan Lufthansa yang tidak lagi terbang melewati wilayah udara Kabul.
Baca juga: Ratusan Wartawan Afghanistan Sedang Bersembunyi Butuh Perlindungan AS
Pasca Taliban berhasil menguasai Ibu Kota Afghanistan, ribuan warga memadati Bandara Internasional Hamid Karzai di Kota Kabul.
Mereka mencoba untuk melarikan diri dari negara tersebut, usai Taliban menduduki Kota Kabul. Amerika Serikat (AS) pun telah mengirim 6.000 tentara ke Bandara Internasional Hamid Karzai untuk memastikan evakuasi bagi staf kedutaan dan warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah.
Pemerintah Prancis, Jerman dan Australia, juga menyelenggarakan penerbangan charter untuk memulangkan warga negaranya dari Afghanistan.
Prancis juga sudah memulai penerabngan evakuasi dengan dua pesawat militer pada Senin (16/8/2021). Sedangkan Lufthansa mengatakan sedang berdiskusi dengan pemerintah Jerman tentang upaya memulangkan warga negaranya dari Afghanistan.