Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mikhail Gorbachev: Kegagalan Perang Amerika Karena 'Ide yang Buruk Sejak Awal'

Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) seharusnya mengakui kegagalan yang mereka lakukan di Afghanistan.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Mikhail Gorbachev: Kegagalan Perang Amerika Karena 'Ide yang Buruk Sejak Awal'
AFP/-
Pejuang Taliban duduk di atas kendaraan di sebuah jalan di provinsi Laghman, Afghanistan. pada 15 Agustus 2021. (STR/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) seharusnya mengakui kegagalan yang mereka lakukan di Afghanistan.

Namun menurutnya, saat ini saatnya AS belajar untuk tidak mengulangi kesalahan itu.

Perlu diketahui, Gorbachev telah menarik pasukannya keluar dari negara yang sama pada 1989 silam.

Berbicara kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, Gorbachev menyebut invasi AS ke Afghanistan merupakan 'ide yang buruk sejak awal' dan menunjukkan bahwa kegagalan itu pun telah ditakdirkan sejak awal.

"Seperti banyak proyek serupa, itu didasarkan pada ancaman yang dilebih-lebihkan dan niat geopolitik yang tidak terlalu jelas. Ditambah lagi, upaya yang tidak realistis untuk mendemokratisasi masyarakat multi-suku," tegas Gorbachev.

Sebuah bendera Taliban terlihat dengan orang-orang berkumpul di sekitar alun-alun kota utama di Pul-e-Khumri pada Rabu (11/8/2021) setelah Taliban merebut Pul-e-Khumri, ibu kota Provinsi Baghlan sekitar 200 km sebelah utara Kabul.
Sebuah bendera Taliban terlihat dengan orang-orang berkumpul di sekitar alun-alun kota utama di Pul-e-Khumri pada Rabu (11/8/2021) setelah Taliban merebut Pul-e-Khumri, ibu kota Provinsi Baghlan sekitar 200 km sebelah utara Kabul. (AFP)

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (18/8/2021), di masa lalu, Uni Soviet mengirim pasukan ke Afghanistan pada 1979 untuk mendukung pemerintah sosialis dalam berperang melawan Mujahidin.

Baca juga: Dana 83 Miliar Dolar yang Digelontorkan AS untuk Afghanistan Malah Menguntungkan Taliban

Konflik tersebut saat itu dilihat oleh banyak orang sebagai proksi Perang Dingin, karena gerilyawan di negara itu didukung oleh AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya.

Berita Rekomendasi

"Yang penting sekarang adalah mengambil pelajaran dan memastikan kesalahan serupa tidak terulang lagi," kata Gorbachev.

Perang yang awalnya dimulai oleh Leonid Brezhnev itu akhirnya berakhir satu dekade kemudian saat di pimpin Gorbachev.

Gorbachev telah berulang kali mengakui bahwa ia yakin kehadiran pasukan Soviet di negara itu adalah sebuah kesalahan.

Itulah sebabnya ia akhirnya mengambil langkah untuk mengakhiri perang.

Saat ini, situasi di Afghanistan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul keputusan AS untuk menarik pasukannya dari negara itu.

Pada hari Minggu lalu, militan Taliban akhirnya memasuki ibukota Afghanistan, Kabul dan menyatakan bahwa mereka telah menguasai seluruh wilayah negara, termasuk semua kota besar dan pos pemeriksaan perbatasan.

Sedangkan pada hari yang sama, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memutuskan untuk mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.

Ghani telah menjadi Presiden Afghanistan sejak September 2014, ini sekaligus menandai kali pertama dalam sejarah negara itu bahwa kekuasaan telah dialihkan secara demokratis.

Sejak pemilihannya, Ghani telah menikmati hubungan dekatnya dengan AS yang telah 'sia-sia' menggelontorkan dana hampir satu triliun dolar AS ke negara itu.

Menurut sebuah studi yang dilakukan tahun 2019 oleh Brown University, AS telah menghabiskan sekitar 978 miliar dolar AS untuk Afghanistan dan Pakistan sejak 2001 silam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas