Ini Perbandingan Pasukan Khusus Taliban dengan Tentara Elite Afghanistan
Afghanistan dan pemberontak Taliban sama-sama memiliki pasukan khusus atau pasukan elite.
Editor: Hasanudin Aco
Pada tahun yang sama, pasukan elite Afghanistan menjadi memukau publik karena perannya dalam membunuh Abdul Hasib, ketua ISIS di Afghanistan.
Namun, sementara Mayor Jenderal Alizai mengatakan kepada AFP bahwa mereka sekarang dilatih oleh warga Afghanistan lainnya, analis berpendapat bahwa pasukan khusus selalu terlalu bergantung pada bantuan asing, mulai dari pengumpulan intelijen hingga logistik, yang membuat mereka pada dasarnya bisa jadi lemah setelah penarikan AS dan NATO.
"Kami melihat kegagalan kebijakan itu, sekarang ada pengakuan natural bahwa jelas kami perlu melatih unit-unit ini untuk bertarung sendiri, sehingga mereka tidak membutuhkan kami lagi," kata Helmus dari RAND.
Dengan penarikan AS yang hampir selesai, pasukan elite Afghanistan menjadi garis pertahanan terakhir melawan Taliban.
"Satu-satunya hal yang menghambat kemajuan Taliban saat ini adalah pasukan khusus dan angkatan udara," ujar Vanda Felbab-Brown, rekan senior di Brookings Institution, kepada AFP saat milisi belum menguasai Afghanistan.
Pengerahan cepat saat itu berhasil mempertahankan Qala-i-Naw, ibu kota provinsi pertama yang diserang Taliban sejak pasukan asing mulai menarik diri pada Mei, serta Kandahar di selatan dan Herat di barat, untuk mencegah jatuhnya ibu kota provinsi di sana.
Di pusat-pusat pertempuran itu, pasukan khusus Afghanistan sering mendapati diri mereka kewalahan dan tanpa bantuan lokal.
Pada Juni contohnya, satu unit yang terdiri dari sekitar 24 pasukan khusus, yang dikirim untuk memperkuat pertahanan lokal, ditaklukkan oleh Taliban di provinsi utara Faryab.
Video yang diunggah online menunjukkan pasukan itu dieksekusi setelah menyerah.
Di antara yang tewas adalah Mayor Sohrab Azimi, bintang yang sedang naik daun di tentara Afghanistan yang kematiannya memicu kemarahan publik atas ketidakmampuan militer.
Ayahnya, pensiunan Jenderal Zahir Azimi, di media sosial menuduh para petinggi gagal memberikan dukungan yang cukup kepada unit putranya.
"Dalam kasus ini, pasukan operasi khusus ditinggalkan begitu saja oleh tentara reguler," kata Felbab-Brown dari Brookings.
"Mereka membiarkan pasukan komando dicabik-cabik."
Ada kekhawatiran bahwa hasil brutal seperti itu bisa terulang lagi, karena tentara Afghanistan menyerahkan lebih banyak wilayah kepada Taliban dan pasukan khusus dikerahkan untuk memerangi pertempuran yang semakin sulit dimenangi.
Akan tetapi, Mayor Jenderal Alizai menegaskan bahwa pasukannya bisa bertahan.
"Setiap hari kita kehilangan orang-orang hebat, pria-pria tangguh, para perwira yang sangat baik, NCO, dan tentara," katanya.
"Itu tidak akan memengaruhi moral siapa pun... kami siap berkorban lebih banyak."
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com