Sosok Mariam Ghani, Putri Ashraf Ghani yang Kini Nikmati Hidupnya sebagai Seniman di Brooklyn
Putri Ashraf Ghani, Mariam Ghani, terlihat menikmati waktunya di Brooklyn, sementara wanita di Afghanistan dilanda ketakutan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
Mereka menerima Ghani dengan "alasan kemanusiaan".
Ghani juga menuturkan, sedang melakukan upaya untuk "menjaga pemerintahan Afghanistan atas negara kita", tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Untuk saat ini, saya berada di UEA agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan," ujarnya.
Ghani menyuarakan dukungan untuk pembicaraan yang diadakan pada Rabu, antara anggota senior gerakan Taliban, pendahulu Ghani Hamid Karzai, dan Abdullah, yang memimpin proses perdamaian yang berakhir gagal.
"Saya ingin proses ini sukses," katanya.
Abdullah - saingan lama Ghani - yang mengumumkan presiden telah meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8/2021), menunjukkan bahwa ia akan diadili secara keras.
Tetapi, Ghani bersikeras bahwa ia pergi untuk kebaikan negara, bukan untuk kesejahteraannya sendiri.
Baca juga: Pemerintah Berhasil Bawa Pulang 26 WNI dari Afghanistan, Pengamat: Patut Diapresiasi
Baca juga: TNI AU Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan
"Jangan percaya siapapun yang memberi tahu kalian bahwa presiden menjual kalian dan melarikan diri untuk keuntungannya sendiri, dan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri," bebernya.
"Tuduhan ini tidak berdasar dan saya sangat membantahnya."
Ia mengklaim Taliban telah memasuki Kabul meskipun sudah ada kesepakatan untuk tidak melakukannya.
"Seandainya saya tinggal di sana, seorang presiden terpilih Afghanistan akan digantung lagi tepat di depan mata rakyat Afghanistan sendiri," katanya.
Pertama kali Taliban merebut Kabul, ketika mendirikan rezim sendiri pada 1996, mereka menyeret mantan presiden komunis, Mohammed Najibullah, dari kantor PBB tempatnya berlindung.
Taliban menggantung Najibullah di jalan umum setelah menyiksanya.
Dalam kesempatan itu, Ghani juga membantah tudingan Rusia yang menyebut dirinya membawa banyak uang tunai saat pergi dari Afghanistan.
"Saya diusir dari Afghanistan sedemikian rupa sehingga saya bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk melepas sandal dan memakai sepatu bot," imbuhnya.
Ghani menegaskan ia tiba di UEA "dengan tangan kosong".
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)