Siapa Sangka Pemerintah Afghanistan Bisa Jatuh Dalam 11 Hari
Pernyataan tersebut disampaikannya saat membela penanganan pemerintah Presiden AS Joe Biden terhadap krisis yang sedang berlangsung
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengklaim bahwa tidak ada yang memprediksi pemerintah Afghanistan akan jatuh hanya dalam waktu 11 hari saja.
"Semuanya terjadi 'sangat cepat', itu adalah evolusi yang sangat cepat, bergerak cepat, dan serba cepat," kata Lloyd, kata Austin dalam sebuah wawancara dengan media setempat.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat membela penanganan pemerintah Presiden AS Joe Biden terhadap krisis yang sedang berlangsung di negara Timur Tengah itu.
Baca juga: Taliban Menang di Afghanistan, JI dan JAD di Indonesia Diperkirakan Bersuka Cita
"Ini semua terjadi dalam rentang waktu sekitar 11 hari. Tidak ada yang memperkirakan bahwa pemerintah (Afghanistan) akan jatuh dalam waktu 11 hari. Proyeksi awal intelijen AS tentang berapa lama dapat menahan Taliban setelah penarikan militer, berbeda secara substansial," jelas Austin.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (23/8/2021), Ia menyebut bahwa ada penilaian yang awalnya memprediksi sekitar satu hingga dua tahun, hingga beberapa bulan.
"Namun itu adalah berbagai penilaian, saat kelompok Taliban mulai mendapatkan keuntungan, dan kemudian kami melihat bahwa dalam sejumlah kasus, ada lebih sedikit pertempuran, lebih banyak penyerahan diri dan lebih banyak kekuatan yang tidak dikerahkan, sangat sulit untuk diprediksi secara akurat," tegas Austin.
Baca juga: Adik Presiden Ashraf Ghani Dukung Taliban, Minta Masyarakat Afghanistan Terima Pemerintah Taliban
Saat ditanya apakah rencana penarikan pasukan AS dari negara itu 'dapat diterima dan sesuai', Austin pun meyakini hal tersebut.
"Berdasarkan apa yang kami lihat dan masukan untuk rencana tersebut, ini hal yang sesuai," tutur Austin.
Ia kemudian mengkritik pemerintahan mantan Presiden Donald Trump karena menempatkan AS dalam situasi di mana 'tidak ada pilihan yang baik'.
"Tapi saya pikir anda harus kembali melihat apa yang diwarisi pemerintahan (Trump). Maksud saya saat kami masuk (di Afghanistan), kami dihadapkan pada tenggat waktu 1 Mei untuk mengeluarkan semua pasukan dari negara itu, kesepakatan ini telah dicapai (pemerintahan Trump) dengan Taliban," papar Austin.
Baca juga: JK Sebut Afghanistan di Bawah Kepemimpinan Taliban akan Berubah
Melihat kesepakatan yang telah dilakukan Trump dengan Taliban, maka pemerintahan Presiden Biden harus melihat segala aspek untuk mengambil keputusan sebelum melakukan penarikan seluruh pasukannya.
Austin menegaskan bahwa dari semua opsi yang dipertimbangkan, tidak ada satupun yang dianggap sebagai opsi yang baik untuk kasus ini.
"Jadi ia (Presiden Biden) harus dengan sangat cepat mengambil keputusan melalui penilaian terperinci dan melihat semua opsi terkait 'apa yang bisa ia lakukan', dan tidak ada satupun dari opsi itu adalah opsi yang baik," kata Kepala Pentagon itu.
Pernyataan Austin itu muncul setelah satu pekan terjadinya pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan, di mana militer AS berupaya untuk mengevakuasi warga Amerika dan warga Afghanistan yang selama ini membantu misi AS di wilayah itu, saat serangan Taliban semakin meningkat.
Baca juga: Petinggi Taliban Bertemu Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul
Menurut pernyataan Pentagon, sekitar 17.000 orang telah dievakuasi dari Afghanistan pada pekan lalu, dan sekitar 22.000 telah dievakuasi sejak akhir Juli.
Sejauh ini, sekitar 2.500 warga Amerika telah diselamatkan dari negara yang dilanda perang tersebut.
Menurut laporan media, warga sipil Amerika dan Afghanistan semakin menjadi sasaran kekerasan dan intimidasi kelompom Taliban, saat mereka melakukan perjalanan ke Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul.
Bandara tersebut tetap menjadi satu-satunya jalan keluar bagi mereka yang ingin keluar dari kekacauan yang terjadi di ibu kota Afghanistan itu.
Akibatnya, Kedutaan Besar AS di Kabul mengeluarkan peringatan keamanan pada hari Sabtu lalu, dan meminta warga Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke bandara atau mendekati gerbang bandara.
Kecuali jika menerima instruksi individu dari perwakilan pemerintah AS, ini mengacu pada potensi ancaman keamanan di luar bandara.
Terkait peristiwa jatuhnya pemerintahan Afghanistan yang kini dikuasai Taliban, pemerintahan Biden telah dikecam karena penanganannya terhadap krisis negara itu.
Banyak yang mempertanyakan apakah presiden seharusnya melanjutkan keputusannya untuk menarik pasukan AS dari negara itu, menjelang serangan gencar Taliban dan pengambilalihan berikutnya.
Sebelumnya, setelah kampanye selama berbulan-bulan, Taliban akhirnya menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus lalu.