POPULER Internasional: Batas Waktu Evakuasi Afghanistan | FDA Keluarkan Izin Penuh Vaksin Pfizer
Berita populer Internasional, di antaranya Taliban peringatkan AS soal tenggat waktu evakuasi warga dari Afghanistan
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada hari Senin kemarin bahwa vaksin virus corona (Covid-19) Pfizer-BioNTech telah secara resmi disetujui untuk pencegahan virus tersebut pada mereka yang berusia 16 tahun ke atas di negara itu.
Vaksin Pfizer-BioNTech merupakan salah satu dari tiga vaksin yang tersedia di AS dan sebelumnya telah diberikan persetujuan darurat oleh FDA.
"Ini akan tetap tersedia untuk anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun, melalui otorisasi penggunaan darurat, suntikan dosis ganda akan dipasarkan sebagai 'Comirnaty'," kata FDA AS.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (24/8/2021), sesaat setelah pengumuman FDA yang sangat dinantikan itu, Presiden AS Joe Biden meminta warga Amerika yang belum divaksinasi untuk mempertimbangkan persetujuan vaksin Pfizer-BioNTech sebagai jaminan keamanan dan efektivitas pada sebagian besar individu.
"Jika anda salah satu dari jutaan warga Amerika yang mengatakan bahwa kalian tidak akan mau mendapatkan suntikan sampai ada persetujuan penuh dan final dari FDA, itu sekarang telah terjadi, saat yang anda tunggu-tunggu ada di sini," kata Biden.
Ia menyampaikan bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 sekitar 70 persen lebih rendah dibandingkan musim dingin sebelumnya.
Baca juga: HOAX: WHO Temukan Vaksin Covid-19 Palsu di Indonesia
Sementara vaksinasi mingguan untuk keseluruhan populasi AS meningkat 56 persen dari bulan sebelumnya.
Negara bagian AS yang sebelumnya tertinggal dalam program vaksinasi baru, termasuk Arkansas, Louisiana, Alabama dan Mississippi, telah mengalami peningkatan angka mereka yang divaksinasi.
Menurut penelitian Yale School of Public Health yang dirujuk oleh Biden, secara keseluruhan, peluncuran vaksin Covid-19 AS menyelamatkan sekitar 279.000 nyawa dan mencegah 1,25 juta pasien menjalani rawat inap.
Studi yang diterbitkan pada bulan lalu itu juga memprediksi bahwa akan ada sekitar 120.000 kematian tambahan dan 450.000 rawat inap lainnya, jika hanya setengah dari jumlah vaksin yang diberikan.
(Tribunnews.com)