Biden: Kami Tidak akan Bisa Dihalangi oleh Teroris, Kami Tetap Melanjutkan Evakuasi
Biden menegaskan mereka berkomitmen untuk mengangkut sebanyak mungkin pengungsi keluar dari Kabul dalam batas waktu 31 Agustus.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan dalam konferensi pers hari Kamis (26/8/2021) kemarin bahwa ia mengerahkan pasukan militernya dalam dua tugas.
Pertama adalah menyelesaikan misi evakuasi mereka di Afghanistan sebelum batas waktu 31 Agustus dan yang kedua yakni memburu para militan yang berada di balik serangan teror di Kabul, ibu kota Afghanistan.
"Kami tidak akan bisa dihalangi oleh teroris, kami tidak akan membiarkan mereka menghentikan misi kami, kami tetap akan melanjutkan evakuasi. Saya juga telah memerintahkan komandan militer AS untuk mengembangkan rencana operasional yang menargetkan aset, kepemimpinan, dan fasilitas ISIS-K," tegas Biden.
Ia juga berjanji untuk menanggapi dengan 'kekuatan dan ketepatan' terhadap organisasi tersebut, yang mengaku bertanggung jawab atas insiden teror fatal di Kabul.
"Pasukan Amerika telah diperintahkan untuk mengambil langkah-langkah maksimum yang diperlukan untuk melindungi pasukan di lapangan di Kabul," kata Biden.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (27/8/2021), saat ditanya tentang sampai kapan evakuasi akan dilakukan setelah serangan itu, Biden menegaskan kepemimpinan militer AS telah menyampaikan bahwa mereka berkomitmen untuk mengangkut sebanyak mungkin pengungsi keluar dari Kabul dalam batas waktu 31 Agustus.
Ia pun menepis kekhawatiran tentang kemungkinan adanya kolusi antara Taliban dan pasukan ISIS-K, dengan mencatat bahwa tidak ada bukti perilaku semacam itu yang masuk dalam pengamatan AS.
Pentagon mencatat sebelumnya pada hari Kamis kemarin bahwa pasukan Amerika telah melakukan kontak dengan Taliban, dan berkomunikasi untuk mencegah terjadinya serangan di bandara Kabul di masa depan.
Biden menekankan bahwa Taliban dan militer AS memiliki kepentingan bersama dalam memperkuat bandara, karena akan lebih sulit bagi AS maupun Taliban jika mau mempertahankannya 'sendirian'.
Baca juga: Cerita Korban Ledakan Bandara di Kabul Afghanistan: Seperti Melihat Kiamat, Korban Tewas Terlantar
Ia menyadari bahwa 'pada dasarnya' pemerintahannya memikul tanggung jawab atas semua yang terjadi akhir-akhir ini.
Padahal, kata dia, mantan Presiden Donald Trump lah yang 'membuat kesepakatan dengan Taliban'.
Kendati demikian, AS akan terus berusaha untuk mengeluarkan warga Amerika dan warga lokal yang menjadi sekutunya dari Afghanistan, bahkan jika itu berarti harus menyetujui pengerahan pasukan tambahan AS ke wilayah tersebut.
Ia juga mengakui bahwa kemungkinan besar akan ada beberapa orang yang perlu diangkut dari negara itu setelah batas waktu 31 Agustus.
Perlu diketahui, sedikitnya 12 tentara AS dan puluhan warga Afghanistan tewas setelah terjadi dua serangan bom di luar Bandara Internasional Hamid Karzai pada Kamis kemarin.
Peringatan serangan besar ini muncul saat para pengungsi yang putus asa berbondong-bondong mendatangi Bandara Kabul yang telah padat, dalam upaya mereka untuk melarikan diri dari Afghanistan.