HAM PBB: Taliban Melanggar Janji Termasuk Soal Hak Perempuan
Komisi HAM PBB menilai Taliban telah melanggar janji-janjinya saat menguasai Afghanistan bulan lalu, termasuk hak perempuan dan amnesti
Editor: hasanah samhudi
Seorang tokoh senior Taliban, Waheedullah Hashimi, mengatakan wanita Afghanistan seharusnya tidak diizinkan bekerja bareng dengan pria.
Waheedullah Hashimi, yang dekat dengan kepemimpinan Taliban saat ini, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu akan sepenuhnya menerapkan versi syariahnya, atau hukum Islam.
Baca juga: Jepang Wait and See, Pasti Tidak yang Pertama Mengakui Pemerintahan Taliban
Baca juga: Taliban Dikabarkan Datangi Rumah ke Rumah, Cari Warga Amerika di Afghanistan
Ini dilakukan meskipun ada tekanan dari masyarakat internasional untuk mengizinkan perempuan memiliki hak untuk bekerja di tempat yang mereka inginkan.
"Kami telah berjuang selama hampir 40 tahun untuk membawa sistem hukum syariah ke Afghanistan," kata Hashimi dalam sebuah wawancara, dilansir dari The Straits Times.
Ia mengatakan, syariah tidak memperbolehkan laki-laki dan perempuan berkumpul atau duduk bersama di bawah satu atap.
"Laki-laki dan perempuan tidak bisa bekerja sama. Itu jelas. Mereka tidak diizinkan datang ke kantor kami dan bekerja di kementerian kami,” katanya.
Tidak jelas sejauh mana komentarnya mencerminkan kebijakan pemerintah baru.
Baca juga: Pendiri Taliban Muncul setelah Dirumorkan Tewas dalam Baku Tembak: Saya Baik-baik Saja
Baca juga: Perempuan Afghanistan Ramai-ramai Protes di Medsos Khawatir Dipaksa Pakai Burqa oleh Taliban
Jika diterapkan secara resmi, akan secara efektif melarang wanita bekerja di kantor-kantor pemerintah, bank, perusahaan media, dan lainnya
Hashimi mengatakan larangan terhadap perempuan juga akan berlaku untuk sektor-sektor seperti media.
Ia mengatakan, kontak antara laki-laki dan perempuan di luar rumah akan diperbolehkan dalam keadaan tertentu, misalnya saat berobat ke dokter laki-laki.
Perempuan juga harus diizinkan untuk belajar dan bekerja di sektor pendidikan dan medis, di mana fasilitas terpisah dapat diatur untuk penggunaan eksklusif mereka.
"Kami tentu membutuhkan perempuan, misalnya dalam kedokteran, dalam pendidikan. Kami akan memiliki institusi terpisah untuk mereka, rumah sakit terpisah, universitas terpisah mungkin, sekolah terpisah, madrasah terpisah," katanya.
Baca juga: Taliban Izinkan Perempuan Sekolah hingga S3 Namun dengan Syarat Ketat
Baca juga: Dulu Taliban Haramkan Internet, Kini Manfaatkan Media Sosial untuk Sebar Propaganda
Sejak Taliban menguasai Afghanistan bulan lalu, para pejabat Taliban mengatakan perempuan akan dapat bekerja dan belajar dalam batas-batas yang ditetapkan oleh syariah.
Pada awal jatuhnya Kabul, Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan bahwa perempuan adalah bagian penting dari masyarakat dan mereka akan bekerja di berbagai sektor.
Ia juga secara khusus mengikutsertakan pegawai perempuan dalam seruan agar birokrat pemerintah kembali bekerja. (Tribunnews.com/CNA/TST/Hasanah Samhudi)