Moderna Sebut Perlindungan Vaksin Berkurang, Bikin Alasan Demi Adakan Booster
Data baru dari uji coba besar vaksin virus corona (Covid-19) Moderna menunjukkan bahwa perlindungan yang ditawarkannya berkurang dari waktu ke waktu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Data baru dari uji coba besar vaksin virus corona (Covid-19) Moderna menunjukkan bahwa perlindungan yang ditawarkannya berkurang dari waktu ke waktu.
Temuan ini pun mendukung untuk pengadaan dosis penguat (booster).
Pernyataan itu disampaikan perusahaan tersebut dalam rilis resminya pada Rabu kemarin.
Sementara itu, Presiden Moderna Stephen Hoge mengatakan dalam sebuah pernyataan dengan para investor bahwa penurunan perlindungan vaksin ini akan menambah angka kasus infeksi virus tersebut.
"Ini hanya satu perkiraan, namun saat anda melihat ke musim gugur dan musim dingin, setidaknya kami memprediksi dampak berkurangnya kekebalan ini akan menambah 600.000 kasus Covid-19," kata Hoge.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (16/9/2021), Hoge memang tidak memproyeksikan berapa banyak kasus yang akan berubah menjadi parah, namun ia mengatakan bahwa beberapa diantaranya akan memerlukan fasilitas rawat inap.
Baca juga: Perbandingan Tingkat Efektivitas Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, Moderna, dan Pfizer-BioNTech
Data tersebut sangat kontras dengan data dari beberapa penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa perlindungan vaksin Moderna bertahan lebih lama dibandingkan vaksin serupa dari Pfizer-BioNTech.
Para ahli mengatakan perbedaan itu kemungkinan karena dosis messenger RNA (mRNA) Moderna yang lebih tinggi dan intervalnya yang sedikit lebih lama antara dosis pertama dan kedua.
Namun kedua vaksin itu terbukti sangat efektif mencegah penyakit dalam studi Fase III.
Analisis pada hari Rabu kemarin menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi diantara orang yang divaksinasi sekitar 13 bulan lalu dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi sekitar delapan bulan lalu.
Periode penelitian ini dilakukan dari Juli sampai Agustus lalu, saat Delta menjadi strain yang dominan.
Sebelumnya pada 1 September lalu, Moderna mengajukan permohonannya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk meminta izin dosis booster.
Dokumen briefing dari analisis FDA tentang aplikasi booster Pfizer yang dirilis sebelumnya pada hari Rabu, menunjukkan bahwa masalah utama yang akan dipertimbangkan oleh lembaga itu aalah 'apakah perlindungan vaksin memang telah berkurang'.
Hoge mengatakan data dari studi penguatnya menunjukkan vaksin booster dapat meningkatkan antibodi penetralisir ke tingkat yang lebih tinggi dibandingkan yang terlihat setelah dosis kedua.
"Kami yakin (booster) ini akan mengurangi kasus Covid-19, kami juga meyakini bahwa dosis ketiga mRNA-1273 memiliki peluang untuk memperpanjang kekebalan secara signifikan sepanjang tahun depan saat kami berusaha untuk mengakhiri pandemi," jelas Hoge.