Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Taliban Sita Uang Tunai Rp176 Miliar dan Emas Milik Mantan Pejabat Afghanistan

Bank Sentral Afghanistan yang kini dikendalikan Taliban mengaku tengah menyita uang tunai mencapai Rp 176 miliar dan emas milik mantan pejabat.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in Taliban Sita Uang Tunai Rp176 Miliar dan Emas Milik Mantan Pejabat Afghanistan
AFP
Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid (tengah) berbicara kepada media di bandara di Kabul pada 31 Agustus 2021, setelah AS menarik semua pasukannya keluar dari negara itu untuk mengakhiri perang 20 tahun. 

Perekonomian Afghanistan sebagian besar bergantung pada dana ratusan juta dolar yang dikirim AS ke bank sentral di Kabul.

Satu bulan sejak Taliban merebut Ibu Kota Kabul, para bankir khawatir menipisnya dolar akan meningkatkan biaya makanan atau listrik dan mempersulit pembelian impor.

Meskipun krisis uang tunai telah berlangsung selama berminggu-minggu, sumber mengatakan bahwa bank-bank dalam negeri khawatir dengan pemerintahan Taliban dan bank sentral.

Bank-bank komersial ini telah mengimbau bank sentral untuk membebaskan pasokan dolar AS.

Tetapi mereka belum mendapatkan jawaban dan khawatir bahwa brankas pemerintah, di istana presiden dan kantor pusat bank sentral kosong sehingga mungkin tidak bisa membantu.

"Kami hanya memiliki likuiditas pembayaran beberapa hari saja," kata salah satu orang yang mengetahui langsung masalah tersebut.

"Jika pemerintah tidak segera bereaksi, akan terjadi demonstrasi dan kekerasan."

BERITA REKOMENDASI

Dalam sebuah pernyataan di situs resminya pada Rabu, penjabat gubernur bank sentral mengatakan semua bank dalam kondisi stabil.

Baca juga: BNPT: Terjadi Pergeseran Dukungan Kelompok Garis Keras dari ISIS ke Taliban

Kritik AS karena Setop Bantuan

Pejabat Menteri Luar Negeri Afghanistan dari pemerintahan Taliban, Amir Khan Muttaqi, mengkritik Amerika Serikat (AS) karena memutuskan bantuan ekonomi usai kelompoknya mengambil alih negara.

Dalam pidato pertamanya di depan media, Muttaqi mengatakan Taliban tidak akan membiarkan negara manapun, termasuk AS, menjatuhkan embargo dan sanksi pada Afghanistan, Selasa (14/9/2021).

"(Kami) membantu AS sampai evakuasi orang terakhir mereka, tetapi sayangnya, AS, alih-alih berterima kasih kepada kami, (malah) membekukan aset kami," katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Baca juga: Sekjen PMI: Palang Merah Sedunia Masih Kaji Bantuan untuk Afghanistan dan Myanmar

Baca juga: Taliban Desak Komunitas Internasional Memberikan Bantuan untuk Warga Afghanistan

Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, ketika ancaman bom bunuh diri atas fase terakhir operasi pengangkutan udara militer AS dari Kabul, dengan Presiden Joe Biden memperingatkan serangan lain sangat mungkin terjadi sebelum evakuasi berakhir. AFP/Aamir QURESHI
Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, ketika ancaman bom bunuh diri atas fase terakhir operasi pengangkutan udara militer AS dari Kabul, dengan Presiden Joe Biden memperingatkan serangan lain sangat mungkin terjadi sebelum evakuasi berakhir. AFP/Aamir QURESHI (AFP/AAMIR QURESHI)

Sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus dan mantan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri, Federal Reserve AS, IMF, dan Bank Dunia memutus akses Afghanistan ke dana.

Hal ini mengakibatkan krisis likuiditas yang meluas dalam ekonomi yang bergantung pada uang tunai.

Muttaqi juga berterima kasih kepada masyarakat internasional karena menjanjikan lebih dari $1 miliar, bantuan untuk Afghanistan pada konferensi donor PBB, Senin (13/9/2021).

"Kami menyambut baik janji pendanaan bantuan darurat yang diberikan kepada Afghanistan selama pertemuan kemarin yang diselenggarakan oleh PBB di Jenewa," katanya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas