Aktivis Jepang Tak Setuju Aturan yang Mengharuskan Perempuan Minta Izin Pria Jika Ingin Aborsi
Kajiya juga melihat Jepang perlu lebih banyak staf wanita di pemerintahan seperti ide mantan PM Jepang Shinzo Abe.
Editor: Dewi Agustina
Kajiya juga melihat Jepang perlu lebih banyak staf wanita di pemerintahan seperti ide mantan PM Jepang Shinzo Abe yang meminta sedikitnya 30 persen kalangan wanita di pemerintahan.
"Kenyataannya jumlah wanita tetap saja sedikit," ujarnya.
Selain itu Kajiya melihat banyak wanita di Jepang yang dicuci otaknya oleh pemerintah agar selalu ikut dalam peraturan yang dibuat kalangan pria di pemerintahan.
"Kita inilah yang berusaha memperjuangkan hak-hak wanita itu dan berusaha mengingatkan agar jangan mencuci otak para wanita yang ada di Jepang, memberikan hak dan kebebasan wanita untuk memilih terutama memutuskan sendiri soal aborsi," kata dia.
Selama ini diakui Kajiya, yang pernah berbicara dan mendukung soal ide aborsi tersebut hanyalah dari partai Komunis Jepang saja.
"Yang lainnya sepertinya kurang perhatian," ujarnya.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.