China Batasi Aborsi dengan Tujuan Non-medis untuk Mendorong Angka Kelahiran
China mengeluarkan aturan baru untuk membatasi jumlah aborsi yang dilakukan dengan tujuan non-medis. China khawatir dengan penurunan angka kelahiran.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - China membatasi aborsi dengan tujuan dapat mendorong angka kelahiran.
Untuk itu, China telah mengeluarkan pedoman baru yang membatasi jumlah aborsi yang dilakukan dengan tujuan non-medis.
Pasalnya, China sedang berada di tengah kekhawatiran atas penurunan angka kelahiran.
Dikutip dari Aljazeera, aturan baru diterbitkan oleh Dewan Negara, Kabinet China pada Senin (27/9/2021).
China telah memberlakukan langkah-langkah ketat yang bertujuan untuk mencegah aborsi.
Baca juga: Profil Xu Jiayin Pendiri Evergrande, Raksasa Properti China yang Punya Utang Rp 4 Ribu Triliun
Baca juga: Jepang Prihatin terhadap Gerakan China di Laut China Selatan dan Timur
Otoritas kesehatan juga memperingatkan pada 2018 bahwa penggunaan aborsi untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan berbahaya bagi tubuh wanita.
Hal itu dapat berisiko menyebabkan kemandulan.
Lembaga think tank dan peneliti kebijakan telah mengidentifikasi penurunan angka kelahiran di China sebagai tantangan kebijakan sosial utama dalam beberapa dekade mendatang.
Meskipun China tetap menjadi negara terpadat di dunia, sensus terakhir menunjukkan pertumbuhan penduduk dari 2011 hingga 2020 adalah yang paling lambat sejak 1950-an.
Dari data tersebut diperkirakan akan semakin menurun dalam beberapa tahun ke depan.
Setelah bertahun-tahun mencoba membatasi pertumbuhan penduduk, Beijing kini menjanjikan kebijakan baru yang bertujuan mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak.
Jika sebelumnya warga China hanya boleh memiliki dua anak, mulai bulan Juni sudah diperbolehkan memiliki tiga anak.
Kebijakan baru yang dirancang untuk mengurangi beban keuangan dalam membesarkan anak juga sedang diperkenalkan.
Baca juga: Musim Gugur 2021 di Jepang Diwarnai Hujan Salju di Gunung Fuji
Baca juga: Aturan untuk Pria Afghanistan, Taliban: Dilarang Cukur Jenggot, Tak Sesuai Hukum Syariah
Menurut sebuah laporan tahun 2005 oleh lembaga think-tank negara, biaya untuk membesarkan seorang anak di Tiongkok yakni 490.000 yuan Tiongkok.
Pada tahun 2020, media lokal melaporkan bahwa biaya telah meningkat hingga 1,99 juta yuan, yakni empat kali lipat dari tahun 2005.
Sebagian besar ibu tunggal tidak lagi bergabung dalam asuransi kesehatan dan pembayaran kesejahteraan sosial.
Banyak juga yang khawatir melahirkan dapat merusak karier mereka.
(Tribunnews.com/Yurika)