Rektor Baru Universitas Kabul Pendukung Taliban, Melarang Perempuan Kuliah
Reaktor baru Univeristas Kabul, Mohammad Ashraf Ghairat, melarang perempuan terlibat di perguruan tinggi itu, baik sebagai instruktur atau mahasiswa
Editor: hasanah samhudi
Keputusan Ghairat ini dianggap sebagai pukulan telak bagi sistem pendidikan tinggi Afghanistan, yang dua dekade terakhir ditopang dana bantuan asing.
Baca juga: Aturan untuk Pria Afghanistan, Taliban: Dilarang Cukur Jenggot, Tak Sesuai Hukum Syariah
Baca juga: Italia: Tidak Mungkin Mengakui Pemerintah Taliban, tetapi Warga Afghanistan Harus Dibantu
“Tidak ada harapan, seluruh sistem pendidikan tinggi runtuh,” kata Hamid Obaidi, mantan juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi yang juga dosen di Sekolah Jurnalisme Universitas Kabul. "Semuanya hancur,” katanya.
Serikat guru Afghanistan pekan lalu melakukan aksi dengan mengirim surat kepada pemerintah menuntut agar pengangkatan Ghairat dibatalkan.
Rektor muda itu juga dikritik di media sosial karena kurangnya pengalaman akademis.
Sejumlah teman sekelas Ghairat, yang dihubungi NYT, menggambarkannya sebagai seorang mahasiswa yang terisolasi dengan pandangan ekstremis yang memiliki masalah dengan teman sekelas dan dosen perempuan.
"Saya bahkan belum memulai pekerjaan itu," kata Ghairat, menolak kekhawatiran tentang pengangkatannya dalam sebuah wawancara dengan NYT.
Baca juga: Taliban Meminta Hak Berpidato di Majelis Umum PBB, Tunjuk Dubes Baru
Baca juga: Aktivis Hak-Hak Perempuan Afghanistan: Jangan Tertipu Topeng Taliban
"Bagaimana mereka tahu apakah saya memenuhi syarat atau tidak? Biarkan waktu yang menilai," katanya, seraya menambahkan bahwa 15 tahun bekerja di bidang budaya untuk Taliban membuatnya menjadi kandidat yang sempurna untuk pekerjaan itu.
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, mencoba meredam keresahan akibat pengumuman Ghairat bahwa wanita tidak dapat kembali ke Universitas Kabul.
"Itu mungkin pandangan pribadinya sendiri,” kata Mujahid kepada NYT.
Mujahid juga tidak memberikan jaminan kapan larangan perempuan akan dicabut.
Ia mengatakan bahwa sampai saat itu, Taliban bekerja untuk merancang sistem transportasi yang lebih aman dan lingkungan di mana siswa perempuan dilindungi. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.