WHO Rekomendasikan Booster Covid-19 untuk Orang dengan Kekebalan Tubuh Lemah
WHO merekomendasikan vaksin booster Covid-19 untuk orang-orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Daryono
"Orang-orang ini cenderung tidak merespon secara memadai terhadap vaksinasi mengikuti seri vaksin primer standar dan berisiko tinggi terkena penyakit Covid-19 yang parah."
Kate O'Brien, kepala vaksin WHO mengatakan, sekarang dosis ekstra harus dianggap sebagai bagian dari imunisasi virus corona normal untuk orang dengan sistem kekebalan yang lebih lemah.
Suntikan booster akan diberikan satu hingga tiga bulan setelah dosis kedua.
Booster harus meningkatkan perlindungan yang ditunjukkan untuk mencegah penyakit parah, rawat inap dan kematian.
Vaksin Booster China untuk Usia 60 Tahun ke Atas
SAGE juga mengatakan bahwa orang berusia 60 tahun ke atas yang sudah divaksin penuh dengan Sinovac dan Sinopharm, harus direkomendasikan suntikan dosis ketiga.
Vaksin yang berbeda juga dapat dipertimbangkan berdasarkan pasokan vaksin dan pertimbangan akses.
SAGE menambahkan, ketika menerapkan rekomendasi ini, langkah pertama adalah negara-negara harus memaksimalkan cakupan dua dosis pada warganya, kemudian memberikan dosis ketiga, dimulai pada kelompok usia tertua.
Baca juga: Kemenag akan Lobi Arab Saudi Soal Kewajiban Booster Calon Jemaah Umrah Penerima Vaksin Sinovac
Baca juga: SYARAT Wisatawan Mancanegara Masuk ke Bali: Punya Bukti Vaksinasi Covid-19 hingga Asuransi Kesehatan
"Kami memiliki bukti perlindungan yang lebih sedikit pada orang yang sudah tua, terutama usia yang sangat tua," kata sekretaris SAGE Joachim Hombach pada konferensi pers.
Menurut hitungan AFP, Jab Sinopharm digunakan di 69 negara, sementara Sinovac telah diluncurkan di 36 negara.
Aljazair, Mesir, Ethiopia, Pakistan dan Filipina termasuk di antara negara-negara yang menggunakan kedua jab, selain China.
Sebagian besar informasi tentang rekomendasi Sinovac dan Sinopharm baru dibuat berasal dari penelitian di Amerika Latin.
(Tribunnews.com/Yurika)