Pria di China Dipenjara Gara-gara Kirim Meme Anjing Bertopi Polisi, Dianggap Menghina
Seorang pria di China dilaporkan ditahan selama sembilan hari setelah mengirim meme yang dianggap menyinggung polisi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria di China dilaporkan ditahan selama sembilan hari setelah mengirim meme yang dianggap menyinggung polisi.
Dilansir CNN, Li diduga mengirim meme itu di grup pesan singkat aplikasi WeChat pada akhir bulan lalu.
Adapun grup itu berisi orang-orang yang kontra dengan langkah pencegahan kasus Covid-19 lokal di China, menurut keterangan pihak berwenang dan media pemerintah.
Polisi di Kota Qingtongxia, wilayah Ningxia sempat memposting tangkapan layar yang memperlihatkan chat di grup itu berserta meme dari Li.
Namun kemudian menghapusnya.
Baca juga: Biden Menyindir China: Bikin Kesalahan Besar Tak Nongol di KTT Perubahan Iklim
Baca juga: China Bantah Tinjauan Badan Intelijen AS yang Sebut Asal-usul Covid-19 Mungkin Tidak akan Diketahui
Media pemerintah, The Paper, merilis rincian dari kasus meme yang membuat khawatir publik China ini.
Banyak orang memprotes penahanan terhadap Li.
Mereka menilai, Li hanya melucu saat bertukar pesan di internet dan tidak seharusnya dijatuhi hukuman karena itu.
Menurut laporan The Paper, Li mengirim meme yang menunjukkan anjing bertopi polisi sembari menunjukkan lencana polisi.
Gambar tersebut, sebenarnya cukup umum digunakan sebagai meme di internet.
Namun variasinya berbeda-beda, kadang menggunakan gambar kucing hingga kartun ditambahi topi polisi.
The Paper melaporkan, polisi menerima pengaduan dari seorang warga yang menuduh Li mengirim gambar yang "menghina citra polisi".
Pihak berwenang kemudian menyelidiki grup chat dengan lebih dari 300 anggota itu.
Polisi memanggil Li untuk diinterogasi setelah mengetahui bahwa pria tersebut tidak senang dengan aturan pembatasan Covid-19 dari pemerintah.
Dikatakan, Li mengaku kepada polisi bahwa dia melakukan penghinaan.
Polisi menjatuhi hukuman 9 hari penahanan kepada Li karena postingannya dinilai memprovokasi dan menimbulkan pertengkaran.
The Paper memuji upaya pihak berwenang dalam mengatasi kasus tersebut.
Polisi "berada di garis depan pencegahan dan pengendalian epidemi untuk membangun penghalang keamanan bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat," kata artikel itu.
"Namun, ada beberapa orang yang tidak puas dengan tindakan pencegahan epidemi, dan bahkan secara terbuka menghina polisi," tambah artikel itu.
China memiliki kebijakan Covid-19 yang paling ketat di dunia, termasuk diantaranya pembatasan perjalanan, lockdown, hingga pengujian massal.
Terlebih saat ini, China kembali dihantui dengan pertumbuhan kasus Covid-19 lokal setelah sempat mengklaim bebas pandemi.
Baca juga: Penjualan Starbucks Merosot karena Covid-19 Kembali Mengamuk di China
Baca juga: Satu Turis Positif Covid-19, Shanghai Disneyland Langsung Tes 34.000 Pengunjung dalam Semalam
Dilansir Reuters pada Rabu (3/11/2021), Komisi Kesehatan Nasional mengonfirmasi 93 kasus penularan lokal baru pada 2 November.
Angka ini naik dari 54 sehari sebelumnya, menjadikannya lonjakan kasus baru Covid-19 harian penularan lokal tertinggi sejak 9 Agustus.
Beijing sendiri melaporkan 9 infeksi lokal baru, peningkatan satu hari terbesar di ibu kota tahun ini.
Kini pemerintah China kembali memberlakukan aturan ketat, seperti pemeriksaan suhu di setiap tempat tertutup atau indoor hingga mengimbau warga untuk tidak bepergian.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)