Pimpinan Taliban Peringatkan Ancaman Penyusup yang Melawan Pemerintah
Pemimpin Tertinggi Taliban, Haibatullah Akhunzada memperingatkan anggota kelompoknya terhadap ancaman penyusup yang berusaha melawan pemerintahan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
Taliban juga berjanji memberikan amnesti nasional dan mengizinkan perusahaan media swasta untuk bebas beroperasi.
Namun, muncul laporan pejuang Taliban diduga menyerang wartawan hingga menyita properti di beberapa provinsi.
Baca juga: Taliban akan Menghukum Warga Afghanistan yang Nekat Menggunakan Mata Uang Asing
Baca juga: Keluarga Korban Kecam Taliban yang Berikan Penghormatan Kepada Pelaku Bom Bunuh Diri
Menyusul laporan ini, Akhunzada mengeluarkan dekrit pada akhir September lalu.
Dalam dekrit itu, dikatakan bahwa anggota Taliban dilarang masuk rumah dan kantor di Kabul atau sekitarnya dengan dalih memeriksa kendaraan atau muatan.
Kendati demikian, kembali muncul laporan pejuang Taliban memaksa ratusan keluarga keluar dari rumah mereka di Daikondi.
Menurut laporan Al Jazeera pada 28 Oktober 2021, ada lebih dari 30 kasus kekerasan dan ancaman terhadap jurnalis Afghanistan dalam dua bulan terakhir.
Hampir 90% diantaranya dilakukan oleh Taliban.
Lebih dari 40% kasus yang dicatat oleh Persatuan Jurnalis Nasional Afghanistan (ANJU) adalah kekerasan berupa pemukulan fisik.
40% lainnya berupa ancaman kekerasan verbal, kata Masorro Lutfi, ketua ANJU pada Rabu.
Sisanya melibatkan kasus-kasus di mana wartawan dipenjara selama sehari.
Siapa ISIS-K?
ISIS-K merupakan afiliasi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau juga disebut ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) yang aktif di Asia Tengah dan Asia Selatan.
Cabang kelompok teroris ini muncul beberapa bulan setelah militan IS (Islamic State) melakukan serangan di Suriah dan Irak.
ISIS-K bermula dari pejuang Taliban Pakistan yang bersembunyi di perbatasan Afghanistan karena terusir oleh operasi militer.
Ekstremis lain yang memiliki pemahaman sama dengan orang-orang ini turut bergabung.
Beberapa diantaranya yakni pejuang Taliban Afghanistan yang tidak puas dengan kelompok mereka sendiri karena dianggap berpikiran moderat dan ingin damai.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)