Bahan Kimia Beracun Pertama Kali Terdeteksi pada Bivalvia Laut Dalam
PCB di laut dalam telah terdeteksi pada ikan yang cenderung mengkonsentrasikan bahan kimia melalui rantai makanan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Polychlorinated biphenyl (PCB) atau bahan kimia beracun pertama kali terdeteksi pada bivalvia (kerang) yang hidup di laut dalam oleh Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (Jamstec).
Pihak Jamstec mengumumkannya Selasa (22/11/2021) kemarin.
PCB merupakan zat kimia berbahaya.
PCB adalah bahan kimia yang tidak ada di alam dan sulit terurai, dan pernah digunakan di beberapa produk industri.
Tetapi ternyata berbahaya bagi organisme hidup dan sekarang dilarang produksi dan dilarang penggunaannya di sebagian besar negara.
Dua tahun lalu, kelompok riset Jamstec mengumpulkan dan menganalisis bivalvia "Bathymodiolus" di laut dalam sedalam 1.300 meter di Samudra Pasifik Utara.
Jamstec menemukan bahwa jumlahnya sangat kecil sekitar 40 nanogram per gram. Artinya PCB sudah terdeteksi.
PCB di laut dalam telah terdeteksi pada ikan yang cenderung mengkonsentrasikan bahan kimia melalui rantai makanan.
Meskipun demikian hal ini adalah pertama kalinya PCB terdeteksi pada cangkang dipteran.
Jadi betapa terkontaminasinya mereka di laut dalam. Investigasi diperlukan di masa depan.
"Tidak ada masalah keamanan bagi manusia karena jumlahnya sangat kecil. Meskipun demikian saya terkejut dengan terdeteksinya hal tersebut bahkan di laut dalam. Hal ini sangat penting menjadi catatan ilmuwan," ungkap Tetsuro Ikuta, seorang peneliti di Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.