Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

12 Jam Setelah Diangkat, Perdana Menteri Swedia Mundur Karena Koalisi Bubar

Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mundur kurang dari 12 jam setelah diangkat, karena koalisi dua partainya bubar

Editor: hasanah samhudi
zoom-in 12 Jam Setelah Diangkat, Perdana Menteri Swedia Mundur Karena Koalisi Bubar
AFP
Magdalena Andersson berpose selama konferensi pers setelah diangkat sebagai perdana menteri wanita pertama Swedia di parlemen Swedia di Stockholm pada Rabu (24/11/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, STOCKHOLM -  Perdana menteri wanita pertama Swedia, Magdalena Andersson, mengundurkan diri kurang dari 12 jam menduduki jabatan puncak setelah koalisinya bubar.

Tetapi Andersson mengatakan dia telah mengatakan kepada ketua parlemen bahwa dia berharap untuk diangkat sebagai perdana menteri lagi sebagai kepala pemerintahan satu partai.

Partai Hijau (Green Party) keluar dari koalisi dua partai mereka setelah parlemen menolak RUU anggaran koalisi.

"Saya telah meminta ketua parlemen untuk dibebaskan dari tugas saya sebagai perdana menteri," kata Andersson dalam konferensi pers, seperti dilansir dari Al Jazeera.

"Saya siap menjadi perdana menteri dalam satu partai, pemerintahan Sosial Demokrat,” katanya.

Baca juga: Italia, Belanda, dan Swedia Longgarkan Larangan Kunjungan Turis dari Amerika Serikat

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Raja Swedia Nilai Pembukaan Aktivitas di Negaranya Terlalu Tergesa-gesa

Andersson diperkirakan akan tetap dapat banyak dukungan.

Partai Hijau mengatakan akan mendukung Andersson jika terjadi pemungutan suara di parlemen,.

Berita Rekomendasi

Begitupun Partai Tengah berjanji untuk abstain, yang dalam praktiknya sama dengan mendukung pencalonannya. Serta Partai Kiri juga mengatakan akan mendukungnya.

“Pemerintah koalisi harus mengundurkan diri jika sebuah partai memilih untuk meninggalkan pemerintah. Terlepas dari kenyataan bahwa situasi parlemen tidak berubah, itu perlu dicoba lagi,” katanya.

Andersson ditunjuk sebagai perdana menteri wanita pertama Swedia pada hari sebelumnya, tetapi masa jabatannya terbukti terpendek dari pendahulunya.

Baca juga: Peneliti: 90 Persen Orang Swedia Harus Divaksinasi untuk Hentikan Varian Delta

Baca juga: 300.000 Warga Swedia Diprediksi Kehilangan Indra Penciuman Gara-gara Covid-19

Dia mengambil alih sebagai perdana menteri dari Stefan Lofven sebagai kepala koalisi minoritas yang didukung oleh partai Kiri dan Tengah.

Tetapi aliansi itu runtuh, dengan Partai Tengah menolak untuk mendukung RUU keuangan pemerintah.

Anggaran Ditolak

Pemerintah kalah suara dalam persetujuan rencana anggaran di parlemen.

Proposal anggaran pemerintah ditolak, namun proposal yang diajukan oposisi diloloskan dengan perbandingan suara 154-143 untuk oposisi.

Baca juga: Swedia Pakai Tikus, Eksperimen Obat LSD untuk Sembuhkan Depresi dan Kecanduan

Baca juga: Aksi Penembakan Dugaan Percobaan Pembunuhan di Swedia, 3 Dirawat di Rumah Sakit

Hal ini mendorong Partai Hijau untuk menarik diri dari koalisi dan membuat Andersson tidak punya pilihan selain menyerahkan pengunduran dirinya.

Ketua parlemen Andreas Norlen mengatakan dia akan menghubungi delapan pemimpin partai Swedia "untuk membahas situasi".

Pada hari Kamis, dia akan mengumumkan langkah selanjutnya untuk parlemen yang memiliki 349 kursi.

Penunjukan Andersson sebagai perdana menteri telah menandai tonggak sejarah bagi Swedia, yang selama beberapa dekade dipandang sebagai salah satu negara paling progresif di Eropa dalam hal hubungan gender, tetapi belum memiliki seorang wanita di posisi politik teratas. (Tribunnews.com/Aljazeera/CNA/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas