Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Varian Baru Covid-19 di Afrika Selatan: Lebih Menular dari Varian Delta, Banyak di Kalangan Muda

Varian baru Covid-19 di Afrika Selatan dikatakan mengalami mutasi lebih banyak sehingga lebih menular dan menghindari kekebalan tubuh

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Varian Baru Covid-19 di Afrika Selatan: Lebih Menular dari Varian Delta, Banyak di Kalangan Muda
Freepik
Ilustrasi virus corona 

Menteri Kesehatan Joe Phaahla mengatakan varian itu menjadi perhatian serius.

Baca juga: Varian Delta Sudah Bermutasi Jadi 25 Anak dan Cucunya, di Indonesia Paling Banyak AY.23 dan AY.4

Baca juga: Varian Delta Plus Landa Malaysia-Singapura, RI Harus Perketat Pintu Masuk dan Mobilitas Masyarakat

Menurutnya, varian ini menyebabkan peningkatan tinggi dalam kasus yang dilaporkan, sehingga menjadikannya ancaman besar.

Infeksi harian melonjak menjadi lebih dari 1.200 pada hari Rabu (24/11/2021), naik dari sekitar 100 awal bulan ini.

Sebelum deteksi varian baru, pihak berwenang telah memperkirakan gelombang keempat akan melanda Afrika Selatan mulai sekitar pertengahan Desember, karena terkait dengan perjalanan menjelang musim perayaan.

NICD mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (25/11/2021) bahwa kasus yang terdeteksi dan persentase yang dites positif meningkat dengan cepat di tiga provinsi negara itu termasuk Gauteng, yang meliputi Johannesburg dan Pretoria.

Disebutkan bahwa wabah cluster, terkonsentrasi di sebuah lembaga pendidikan tinggi di Pretoria baru-baru ini telah diidentifikasi.

Baca juga: Varian Corona AY.4.2, Varian Baru Turunan Delta yang Menyebabkan Kasus di Inggris Melonjak

Baca juga: Langkah Pemerintah Waspadai Varian AY.4.2 Masuk Indonesia

“Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya,” katanya.

Berita Rekomendasi

Sejak awal pandemi, Afrika Selatan telah mencatat sekitar 2,95 juta kasus Covid-19, di mana 89.657 di antaranya meninggal.

Profesor Helen Rees, dari Kelompok Penasihat Teknis Imunisasi Regional Afrika WHO, mendesak orang untuk tidak panik.

“(Saat ini) kami mencoba mengidentifikasi seberapa luas penyebarannya. Akan ada banyak pekerjaan melihat: Apakah lebih menular? Apakah ini terkait dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih parah? Apakah itu membuat vaksin menjadi kurang efektif?” ujar Rees kepada Al Jazeera.

“Sementara itu, permintaan besar kami kepada dunia, dalam hal memvaksinasi kawasan Afrika, tolong keluarkan vaksin ke kawasan karena seperti yang kita tahu varian tidak tinggal di satu negara,” katanya. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas