Nigeria Deteksi Kasus Pertama Covid-19 Varian Omicron dari Pelancong Afrika Selatan
Nigeria mengonfirmasi kasus pertama varian Omicron yang terdeteksi di antara dua pelancong yang tiba dari Afrika Selatan pada minggu lalu.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Nigeria mengonfirmasi kasus pertama varian Omicron.
Mengutip Al Jazeera, Rabu (1/12/2021), Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) mengatakan dua kasus varian baru terdeteksi di antara dua pelancong yang tiba dari Afrika Selatan pada minggu lalu.
Pengumuman itu datang ketika Ugur Sahin, CEO pembuat vaksin Covid BioNTech, mengatakan bahwa sementara varian Omicron dapat menginfeksi orang yang telah divaksinasi.
Meski begitu, orang yang sudah divaksin kemungkinan akan tetap terlindungi dari penyakit parah.
Baca juga: Kekhawatiran Global Meningkat setelah Temuan Omicron, CEO BioNTech: Jangan Panik, Tetap Tenang
Baca juga: Ini 19 Negara yang Sudah Melaporkan Menemukan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Sementara itu, panel penasihat kesehatan AS secara sempit mendukung pil Covid-19 yang diawasi ketat dari Merck yang dapat mengarah pada otorisasi akhir pekan ini.
Para ilmuwan telah berusaha keras untuk mempelajari lebih lanjut tentang efek varian Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan minggu lalu.
Masih belum jelas di mana atau kapan varian pertama kali muncul.
Tetapi negara-negara telah bergegas untuk memberlakukan pembatasan perjalanan, terutama pada pengunjung yang datang dari Afrika Selatan, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan langkah-langkah "rasional" dalam menanggapi jenis baru.
Kronologi Penemuan Varian Omicron
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Kepala Sains di salah satu laboratorium tes Covid-19 swasta terbesar di Afrika Selatan, Raquel Viana, menceritakan kronologi saat dirinya menemukan varian Covid-19 baru, Omicron.
Viana mengaku menemukan varian tersebut saat sedang mengurutkan genom di delapan sampel virus corona pada Jumat (19/11/2021) lalu.
Sampel yang diuji di laboratorium, lanjut Viana, semuanya mengandung sejumlah besar mutasi.
Terutama pada protein lonjakan atau spike yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia.
"Saya cukup terkejut dengan apa yang saya lihat. Saya mempertanyakan apakah ada yang salah dalam prosesnya," kata Viana kepada Reuters.