Jejak Karier Politik Aung San Suu Kyi: Perjuangkan Demokrasi Myanmar hingga Divonis 4 Tahun Penjara
Berikut lini masa perjalanan karier Aung San Suu Kyi, perjuangkan demokrasi sejak tahun 1988 hingga kini divonis 4 tahun penjara.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi adalah putri dari pahlawan kemerdekaan Jenderal Aung San, yang dibunuh pada tahun 1947, kurang dari enam bulan sebelum negara itu, yang saat itu bernama Burma, merdeka dari Inggris.
Suu Kyi (76), pindah ke New Delhi pada tahun 1960 ketika ibunya ditunjuk sebagai duta besar untuk India.
Ia kemudian menghabiskan sebagian besar masa dewasa mudanya di Amerika Serikat dan Inggris.
Pada tahun 1972, Suu Kyi menikah dengan Michael Aris, seorang sarjana Inggris dari studi Himalaya di Universitas Oxford.
Dilansir Independent, berikut lini masa perjalanan karier Aung San Suu Kyi, yang dimulai pada tahun 1988.
April 1988 - Suu Kyi kembali ke rumah untuk merawat ibunya yang sakit ketika protes pro-demokrasi meletus terhadap pemerintahan militer Jenderal Ne Win yang telah berkuasa selama 26 tahun .
8 Agustus - Demonstrasi massal terjadi di seluruh negeri.
Baca juga: Pengadilan Myanmar Jatuhkan Vonis 4 Tahun Penjara bagi Aung San Suu Kyi
Baca juga: Pasukan Keamanan Myanmar Menabrakkan Mobil ke Demonstran Anti-Kudeta, Lima Orang Tewas
Pasukan keamanan melepaskan tembakan, menewaskan ratusan orang bahkan lebih.
26 Agustus - Suu Kyi mengeluarkan seruan untuk demokrasi dalam pidato publik pertamanya di depan kerumunan yang diperkirakan berjumlah 150.000 orang di Yangon.
27 September - Suu Kyi membantu mendirikan partai oposisi, Liga Nasional untuk Demokrasi.
20 Juli 1989 - Suu Kyi menjadi tahanan rumah, yang terus berlanjut selama 15 kali selama 22 tahun ke depan.
27 Mei 1990 - Liga Nasional untuk Demokrasi menang telak dalam pemilihan umum, tetapi pemerintah militer membatalkan pemilihan dan menolak untuk menyerahkan kekuasaan.
14 Oktober 1991 - Suu Kyi dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian untuk perjuangannya tanpa kekerasan untuk demokrasi.
27 Maret 1999 - Suami Suu Kyi, Michael Aris, meninggal karena kanker di Inggris.
Pasangan itu tidak bertemu satu sama lain sejak 1995 karena visa sang suami ditolak Myanmar dan Suu Kyi menolak bepergian ke luar negeri karena takut dilarang kembali ke Myanmar.
30 Mei 2003 - Selama tur politik di Myanmar utara, rombongan Suu Kyi disergap.
Beberapa pendukungnya terbunuh.
Agustus 2007 - Protes atas harga bahan bakar berujung demonstrasi pro-demokrasi terbesar sejak 1988.
Gerakan itu, yang dikenal sebagai Revolusi Saffron karena dipimpin oleh para biksu Buddha, dihancurkan secara brutal.
7 November 2010 - Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan yang didukung militer memenangkan pemilihan umum pertama dalam 20 tahun.
Partai Suu Kyi memboikot pemilihan, dengan mengatakan peraturan pemilihan itu tidak adil.
13 November - Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumah selama bertahun-tahun.
1 April 2012 - Suu Kyi memenangkan kursi di Parlemen saat partainya berpartisipasi dalam pemilihan sela setelah pemerintah sipil membuat konsesi pada undang-undang pemilihan.
8 November 2015 - Partainya memenangkan pemilihan umum.
Namun, militer mempertahankan kekuasaan yang signifikan di bawah konstitusi yang ditulis dan diratifikasi di bawah arahan tentara pada tahun 2008.
1 Februari 2016 - Parlemen diadakan, dengan partai Suu Kyi memimpin mayoritas yang kemudian membentuk pemerintahan pada bulan Maret.
Ketentuan dalam konstitusi melarang Suu Kyi menjadi presiden, tetapi posisi penasihat negara dibuat untuknya untuk memimpin pemerintahan.
25 Agustus 2017 - Pemberontak yang mengaku mewakili minoritas Muslim Rohingya Myanmar menyerang pasukan keamanan di negara bagian Rakhine, menewaskan puluhan orang.
Tentara menyelesaikan masalah brutal dengan pembunuhan massal, pemerkosaan dan pembakaran yang akhirnya mendorong lebih dari 730.000 Rohingya ke Bangladesh.
Kritikus mengatakan tindakan militer itu merupakan pembersihan etnis dan mungkin genosida.
11 Desember 2019 - Suu Kyi membela militer dalam proses hukum awal di Mahkamah Internasional untuk menentukan apakah tentara melakukan genosida terhadap Rohingya.
Membuat pengagum lamanya kecewa, dia mengatakan aksi tentara atas serangan oleh pemberontak bersenjata itu sudah tepat.
8 November 2020 - Partai Suu Kyi merebut mayoritas kursi parlemen yang lebih besar daripada yang diperolehnya pada pemilu 2015.
1 Februari 2021 - Suu Kyi dan rekan-rekan partai dan pemerintahnya ditahan oleh militer tepat sebelum sesi baru Parlemen diadakan.
Tentara mengatakan mereka merebut kekuasaan dengan alasan penipuan pemilu yang meluas.
Suu Kyi kemudian didakwa dengan sejumlah tuduhan kejahatan dan ditahan.
6 Desember - Pengadilan khusus mengeluarkan putusan pertama terhadap Suu Kyi, yang menyatakan dia bersalah atas hasutan dan melanggar pembatasan virus corona.
Dia dijatuhi hukuman empat tahun penjara, sementara masih ada kasus lain yang belum diselesaikan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)