Ledakan Bom di Irak Tewaskan Empat Orang, Pelaku Diduga ISIS
Ledakan bom di pusat kota Basra, Irak menewaskan empat orang. Gubernur mengatakan terdapat sidik jari Daesh (ISIL, atau ISIS).
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Ledakan bom di pusat kota Basra, Irak menewaskan empat orang.
Sementara empat lainnya mengalami cedera.
Pada Selasa (7/12/2021), militer mengatakan penyebab ledakan adalah sebuah sepeda motor yang dilengkapi dengan bahan peledak.
Akibat ledakan tersebut asap hitam membumbung tinggi ke langit.
Melansir Al Jazeera, Security Media Cell Irak mengatakan, empat orang tewas akibat kebakaran di dua mobil yang berada di dekat sepeda motor itu.
"Pakar forensik dan tim teknis khusus masih berada di lokasi kecelakaan untuk menentukan motifnya dan memberikan rincian lebih lanjut tentang insiden itu," kata Saad Maan, kepala Security Media Cell.
Baca juga: Tedengar Suara Ledakan di Dekat Fasilitas Nuklir Utama Iran, Rupanya Uji Coba
Baca juga: Rusia Siapkan Sistem Pertahanan Udara S-550, Diklaim Mampu Menahan Ledakan Nuklir
"Cell (media keamanan) akan mengumumkan dalam pernyataan selanjutnya (terkait) rincian yang lebih luas setelah menyelesaikan penyelidikan dan laporan teknis," tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan, seorang sumber keamanan senior mengatakan kepada jaringan media Rudaw bahwa ledakan itu terjadi di seberang Rumah Sakit al-Jumhouri di pusat kota dekat persimpangan al-Samoud.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Gubernur Basra Asaad al-Edani mengatakan kepada wartawan bahwa dari ledakan itu terdapat sidik jari Daesh (ISIL, atau ISIS).
Terakhir kali ISIL melakukan serangan di sebuah kota besar Irak adalah pada bulan Juli, ketika seorang pembom bunuh diri menewaskan 35 orang di sebuah pasar yang ramai di Baghdad.
Serangan bom di Irak selatan, di mana sebagian besar minyak negara itu diproduksi, relatif jarang terjadi, terutama sejak kekalahan kelompok bersenjata ISIL (ISIS) pada 2017.
Terjadi peningkatan ketidakstabilan politik di Irak setelah pemilihan parlemen 10 Oktober yang melihat pemimpin populis Muqtada al-Sadr muncul sebagai pemenang terbesar.
Faksi bersenjata Syiah yang setia kepada Iran yang kehilangan sekitar dua pertiga kursi parlemen mereka telah menolak hasil pemilihan, menuduh itu sebagai penipuan.
(Tribunnews.com/Yurika)