WHO: Varian Omicron Menyebar pada Tingkat yang Tak Pernah Terjadi Sebelumnya
Varian virus corona Omicron menyebar di seluruh dunia dalam tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya, ujar WHO.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Virus corona varian Omicron menyebar di seluruh dunia dalam tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya, ujar WHO pada Selasa (14/12/2021).
Dilansir BBC.com, varian Omicron kini sudah ada di 77 negara.
Tetapi dalam konferensi persnya, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut banyak negara mungkin sudah dimasuki Omicron hanya saja belum terdeteksi.
Dr Tedros mengatakan dia khawatir tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi varian tersebut.
"Tentunya, kami telah belajar sekarang bahwa kami meremehkan virus ini dengan risiko kami sendiri."
"Bahkan jika Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, banyaknya kasus dapat membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap," katanya.
Baca juga: Covid-19 Varian Omicron Mengamuk di Eropa, Norwegia Berlakukan Aturan Kerja Jarak Jauh
Baca juga: Antisipasi Masuknya Omicron, Indonesia Belajar dari Tiga Negara
Varian Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada bulan November, dan negara tersebut telah mengalami lonjakan infeksi.
Presiden Cyril Ramaphosa bahkan dinyatakan positif Covid-19.
Ramaphosa mengalami gejala ringan dan saat ini sedang diisolasi.
Sejumlah negara telah mulai melakukan larangan perjalanan dari Afrika Selatan dan tetangganya.
Tetapi langkah itu tidak menghentikan penyebaran virus ke seluruh dunia.
Dalam konferensi pers pada hari Selasa, Dr Tedros mengulangi kekhawatiran tentang ketidakadilan vaksin.
Beberapa negara mempercepat peluncuran suntikan booster sebagai tanggapan terhadap Omicron.
Studi terbaru tentang vaksin Pfizer/BioNTech menunjukkan vaksin itu menghasilkan antibodi penetralisir yang jauh lebih sedikit terhadap Omicron dibandingkan varian awal.
Tetapi kekurangan itu dapat dibalikkan dengan tusukan ketiga atau booster.
Dr Tedros mengatakan booster dapat memainkan peran penting dalam mengatasi penyebaran Covid-19, tetapi itu adalah "masalah prioritas".
Baca juga: Inggris Laporkan Kematian Pertama Akibat Varian Omicron
Baca juga: Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Positif Covid-19, Gejala Ringan dan Jalani Isolasi Mandiri
"Urutan itu penting. Pemberian booster kepada kelompok yang berisiko rendah terhadap penyakit parah atau kematian hanya membahayakan nyawa mereka yang berisiko tinggi yang masih menunggu dosis utama mereka karena keterbatasan pasokan," katanya.
Pasokan untuk program berbagi vaksin global Covax telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Tetapi para pejabat kesehatan dunia khawatir akan terulangnya kekurangan puluhan juta dosis yang terjadi pada pertengahan tahun ini, sebagian karena India menangguhkan ekspor selama lonjakan kasus di sana.
Di negara-negara miskin, beberapa orang yang rentan bahkan belum menerima dosis satupun.
Situasi Covid-19 di berbagai belahan dunia
Masih dilansir BBC, berikut situasi Covid-19 di beberapa negara.
- Lebih dari 800.000 orang Amerika kini telah meninggal karena virus corona, jumlah kematian nasional tertinggi yang tercatat dari pandemi global
- Pemerintah Inggris mengumumkan pada hari Selasa bahwa semua 11 negara yang masuk dalam daftar merah perjalanan akan dihapus.
Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan varian Omicron telah menyebar begitu luas sehingga aturan tidak lagi memiliki banyak tujuan.
- Italia telah memperpanjang keadaan darurat hingga 31 Maret 2022, dengan alasan kekhawatiran atas Omicron.
Langkah-langkah tersebut, yang akan berakhir pada akhir Desember, memberi pemerintah lebih banyak kekuatan untuk membatasi perjalanan dan pertemuan publik.
- Belanda mengatakan akan menutup sekolah dasar seminggu sebelum liburan Natal dimulai, sebagai upaya pencegahan untuk mengatasi infeksi.
- Norwegia juga telah mengumumkan larangan menyajikan alkohol di bar dan restoran dan langkah-langkah pencegahan lainnya
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)