Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Update Topan Rai Filipina: Lebih dari 100 Orang Tewas, 300.000 Mengungsi

Korban tewas akibat Topan Rai di Filipina terus bertambah. Lebih dari 100 orang tewas, sementara 300.000 orang mengungsi.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
zoom-in Update Topan Rai Filipina: Lebih dari 100 Orang Tewas, 300.000 Mengungsi
AFP/BOBBIE ALOTA
Warga menyelamatkan barang-barang dari rumah mereka yang hancur di kota pesisir Dulag di provinsi Leyte pada 17 Desember 2021, sehari setelah Topan Super melanda - Korban tewas akibat Topan Rai menjadi lebih dari 100 orang, dan 300 ribu warga mengungsi. 

Organisasi tersebut meminta 20 juta franc Swiss untuk mendanai upaya bantuan darurat dan pemulihan.

Topan Haiyan

Ada juga kehancuran yang meluas di pulau-pulau Siargao, Dinagat dan Mindanao, yang menanggung beban terberat Rai ketika menghantam Filipina.

Foto udara yang dibagikan oleh militer menunjukkan kerusakan parah di kota General Luna di Siargao, di mana banyak peselancar dan turis berkumpul menjelang Natal, dengan bangunan-bangunan yang atapnya hilang dan puing-puing berserakan di tanah.

Turis dievakuasi dari pulau itu pada Minggu dengan pesawat dan kapal.

Gubernur Dinagat Arlene Bag-ao mengatakan, Sabtu kerusakan lanskap pulau itu mengingatkan jika tidak lebih buruk daripada yang disebabkan oleh Topan Super Haiyan pada 2013.

Haiyan, yang disebut Yolanda di Filipina, adalah topan paling mematikan yang pernah tercatat di negara itu, menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang.

Berita Rekomendasi

"Saya melihat bagaimana Topan Odette (Rai) merobek ibukota provinsi, sepotong demi sepotong," kata petugas informasi provinsi Dinagat Crisostomo kepada stasiun radio DZBB.

"Meja-meja besar seberat seorang pria terbang selama serangan badai," sambungnya.

Di Kota Surigao, di ujung utara Mindanao, pecahan kaca dari jendela yang pecah, lembaran atap besi bergelombang, kabel listrik dan puing-puing lainnya berserakan di jalan-jalan.

Pengemudi sepeda roda tiga Rey Jamile, 57, menerjang jalan-jalan yang banjir dan lembaran atap besi bergelombang untuk menyelamatkan keluarganya di pusat evakuasi sekolah.

"Anginnya sangat kencang," katanya kepada AFP.

Dia menambahkan bahwa setelah badai berakhir, kini dia harus berjuang untuk mendapatkan air dan makanan.

Kecepatan angin Rai berkurang menjadi 150 km/jam saat meluncur di seluruh negeri, membuang hujan deras, menumbangkan pohon dan menghancurkan struktur kayu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas