4.500 Penerbangan Batal dan 10.000 Ditunda selama Akhir Pekan Natal, Buntut Lonjakan Covid-19
Lebih dari 4.500 penerbangan di seluruh dunia dibatalkan dan 10.000 ditunda selama akhir pekan Natal, buntut meningkatnya infeksi Covid-19.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Maskapai penerbangan komersial di seluruh dunia setidaknya membatalkan lebih dari 4.500 penerbangan selama akhir pekan Natal.
Hal ini buntut dari meningkatnya gelombang infeksi Covid-19 varian Omicron yang menimbulkan ketidakpastian dan kesengsaraan besar bagi pelancong.
Maskapai penerbangan global setidaknya membatalkan 2.410 penerbangan pada malam Natal, Jumat (24/12/2021).
Padahal, biasanya malam Natal menjadi hari yang ramai untuk perjalanan udara, menurut penghitungan berjalan di situs pelacakan penerbangan dunia, FlightAware.com.
Di hari yang sama, hampir 10.000 penerbangan lagi ditunda.
Baca juga: Antisipasi Omicron, PM Jepang Imbau Masyarakat Batalkan Rencana Pulang Kampung di Akhir Tahun
Baca juga: Thailand Laporkan Klaster Omicron Pertama hingga Infeksi Covid di Kapal Pesiar Odyssey of the Seas
Situs web menunjukkan penerbangan di hari Natal, Sabtu (25/12/2021), dibatalkan di seluruh dunia, bersama dengan 402 lainnya yang telah dijadwalkan pada hari Minggu (26/12/2021).
Mengutip Reuters, lalu lintas udara komersial di Amerika Serikat (AS) dan ke dalam atau keluar negeri, menyumbang lebih dari seperempat dari semua penerbangan yang dibatalkan selama akhir pekan, data FlightAware menunjukkan.
Maskapai AS pertama yang melaporkan gelombang pembatalan liburan akhir pekan adalah United Airlines dan Delta Air Lines, yang membatalkan hampir 380 penerbangan gabungan untuk hari Jumat, dengan alasan kekurangan personel di tengah lonjakan infeksi Covid-19.
Kasus positif Covid-19 telah melonjak di AS dalam beberapa hari terakhir lantaran varian Omicron yang sangat menular.
Diketahui, Omicron di AS pertama kali terdeteksi pada November 2021.
Saat ini, menyumbang hampir tiga seperempat kasus AS dan sebanyak 90 persen di beberapa daerah, seperti pesisir timur.
Jumlah rata-rata kasus baru Covid-19 di AS telah meningkat 45 persen menjadi 179 ribu per hari selama seminggu terakhir, menurut penghitungan Reuters.
New York telah melaporkan lebih dari 44.000 infeksi yang baru dikonfirmasi pada hari Jumat saja, memecahkan rekor negara bagian tersebut.
New York berencana untuk membatasi jumlah orang, hanya 15.000, yang diizinkan di Times Square untuk perayaan Malam Tahun Baru tahunan di luar ruangan, sebagai tanggapan atas lonjakan kasus virus corona baru negara bagian itu.
Setidaknya, 10 negara bagian lain mencatat rekor kasus baru dalam satu hari pada Kamis atau Jumat.
Baca juga: Kekhawatiran Omicron Mulai Reda, Wall Street: S&P 500 Menembus Rekor Tertinggi
Baca juga: Jerman Konfirmasi Kematian Pertama Terkait Omicron
Meningkatnya jumlah pasien rawat inap membuat sistem perawatan kesehatan, terutama di Midwest AS, kewalahan.
Unit perawatan intensif di Indiana, Ohio, dan Michigan bahkan bersiap untuk yang terburuk dibanding saat diterpa gelombang sebelumnya akibat kasus varian Delta.
Kendati demikian, pemerintahan Biden minggu depan akan mencabut pembatasan perjalanan di delapan negara Afrika Selatan yang diberlakukan bulan lalu karena kekhawatiran tentang varian Omicron, kata Gedung Putih.
Di Inggris, banyak industri dan jaringan transportasi berjuang dengan kekurangan staf karena pekerja yang sakit tengah isolasi mandiri.
Sementara, rumah sakit telah memperingatkan risiko dampak keselamatan pada pasien.
Satu dari 20 warga London dinyatakan positif Covid-19 pekan lalu, angka yang bisa meningkat menjadi satu dari 10 pada awal pekan depan, menurut data yang dirilis pada Kamis (23/12/2021) oleh Kantor Statistik Nasional.
Data pemerintah menunjukkan rekor penghitungan 122.186 infeksi baru secara nasional pada hari Jumat, menandai hari ketiga di mana jumlah kasus yang diketahui telah melampaui 100.000.
Sementara, penelitian terbaru menunjukkan Omicron menghasilkan penyakit yang lebih ringan dan tingkat rawat inap yang lebih rendah, daripada varian Covid-19 sebelumnya.
Pejabat kesehatan telah mempertahankan catatan yang hati-hati tentang prospek tersebut.
"Ada secercah harapan Natal ... tapi itu jelas belum pada titik di mana kita dapat menurunkan (waspada terhadap) ancaman serius itu," ujar Kepala Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Jenny Harries, kepada BBC.
Baca juga: Penyebaran Omicron di Dalam Pesawat Terbang Lebih Mungkin Terjadi
Baca juga: New Delhi Bersiap Hadapi 100.000 Kasus Harian Covid-19 Saat Omicron Kian Menyebar di India
Prancis mencapai rekor infeksi Covid-19 lainnya pada hari Jumat, dengan penghitungan hariannya melebihi 94.000.
Sementara, rawat inap akibat virus mencapai level tertinggi tujuh bulan, mendorong pemerintah mengadakan pertemuan khusus untuk hari Senin (27/12/2021), yang dapat memicu pembatasan kesehatan masyarakat yang baru.
Beredar Kabar Potensi Munculnya Varian Baru
Di tengah merebaknya virus corona varian Omicron, kini beredar kabar mengenai potensi munculnya varian baru bernama Delmicron yang merupakan gabungan dari Delta dan Omicron.
Dr Shashank Joshi, anggota gugus tugas Covid-19 Maharashtra India, pada hari Kamis (23/12), mengatakan lonjakan besar pada kasus Covid-19 di Eropa dan AS kemungkinan besar terjadi karena gabungan dua varian virus yang paling dominan saat ini, yaitu Delta dan Omicron.
Dilansir India Times, Joshi menyebut faktor-faktor seperti sistem kekebalan yang lemah, usia tua, serta penyakit bawaan bisa meningkatkan risiko tertular Delta dan Omicron.
Daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah juga lebih berisiko.
Secara umum, pasien yang diserang gelombang Delmicron menderita gejala yang sama dengan varian Delta dan Omicron.
Di antaranya seperti suhu tubuh yang tinggi, batuk terus-menerus, kehilangan penciuman atau perasa, sakit kepala, pilek, dan sakit tenggorokan.
Baca juga: Penyebab Kasus Omicron Meningkat di AS hingga Korea Selatan
Baca juga: Dua Studi di Inggris: Omicron Lebih Kecil Kemungkinan Membuat Orang Dirawat di RS
Menurut laporan IANS (Indo-Asian News Service), kombinasi dua varian tersebut di Eropa telah berdampak pada orang dengan gangguan kekebalan.
"Meskipun infeksi Covid biasanya hanya melibatkan satu galur mutan, dalam kasus yang sangat jarang, ada kemungkinan dua galur menyerang pada saat yang bersamaan," ungkap IANS, mengutip pernyataan Namita Jaggi dari Rumah Sakit Artemis, Gurgaon, India.
Jaggi menambahkan, kemungkinan koinfeksi lebih tinggi ketika seseorang terpapar ke kerumunan besar di mana orang bisa membawa varian yang berbeda.
Sementara itu, menurut Dipu TS, dari Rumah Sakit Amrita India, kemungkinan keduanya bergabung menjadi strain super adalah sulit, karena ko-eksistensi keduanya tidak bersifat simbiosis dan lebih antagonistik.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Beredar Kabar Kemunculan Delmicron, Perpaduan Virus Corona Varian Delta dan Omicron
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kontan.co.id)