Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jepang Tak Mau Disebut Boikot Diplomatik ke China, Bagaimana Tanggapan Kalangan Bisnis?

Ada beberapa spekulasi bahwa "pernyataan boikot diplomatik tidak ingin diliputi oleh intensifikasi perdagangan dengan China."

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Jepang Tak Mau Disebut Boikot Diplomatik ke China, Bagaimana Tanggapan Kalangan Bisnis?
Richard Susilo
Markas Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren) di Otemachi Tokyo, Jepang. 

Dilihat dari jumlah total impor dan ekspor menurut negara/wilayah, pada tahun kedua Reiwa (2020), transaksi dengan China adalah 32 triliun yen, 1,6 kali lipat dari Amerika Serikat (20 triliun yen).
Proporsi China begitu besar sehingga menyumbang hampir seperempat dari total.

Pada tanggal 1 Januari 2004, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), di mana Jepang, China dan Korea Selatan serta Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berpartisipasi, akan mulai berlaku.
Karena ini adalah perjanjian perdagangan pertama Jepang dengan China.

Baca juga: China Beri Peringatan Keras Setelah Negara-negara Barat Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing

Ada beberapa spekulasi bahwa "pernyataan boikot diplomatik tidak ingin diliputi oleh intensifikasi perdagangan dengan China."

Namun, di dunia bisnis, tumbuh rasa kehati-hatian terkait "keamanan ekonomi" seperti tuntutan yang berlebihan untuk transfer teknologi dari otoritas China dan kebocoran informasi, serta tumbuhnya penentangan terhadap "Diplomasi Prajurit Serigala" yang mengancam pihak lain.

Selain itu, jika penindasan China terhadap hak asasi manusia dibicarakan, ada kekhawatiran besar bahwa hal itu tidak akan dievaluasi oleh investor dan akan menimbulkan tentangan keras dari kaum konservatif domestik.

Meskipun dunia bisnis sangat tertekan, suara-suara mulai mengatakan, "Pelanggaran hak asasi manusia China harus disalahkan, tentu saja."

"Saya tidak ingin kata boikot diplomatik berjalan sendiri, tetapi (dalam arti protes) lebih baik tidak mengirim perwakilan pemerintah," kata Kyoko Ikoma, Sekretaris Jenderal Kansai Keizai Doyukai pada konferensi pers, 23 Desember 2021.

BERITA REKOMENDASI

Selain itu, tahun depan akan menjadi peringatan 50 tahun normalisasi hubungan diplomatik antara Jepang dan China.

Ke depan, perilaku perusahaan sponsor Olimpiade Beijing di Jepang dan luar negeri juga akan menjadi fokus.
Karena penyebaran virus corona baru, beberapa perusahaan menahan diri dari iklan TV di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo musim panas ini.

Baca juga: Inggris, AS, dan Australia Boikot Olimpiade Beijing 2022, China: Mereka akan Terima Konsekuensinya

Harapan untuk Olimpiade Beijing tinggi karena investasi besar tidak banyak berpengaruh, tetapi kekecewaan mulai menyebar.

"Ini bukan lagi suasana yang menggairahkan suasana Olimpiade, dan kami dipaksa untuk membuat keputusan yang sulit," ujarnya.

Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas