PBB Merasa Ngeri atas Laporan Pembunuhan Sadis 35 Warga Sipil oleh Militer Myanmar
PBB merasa ngeri dengan laporan 35 warga sipil yang dibunuh dan dibakar oleh Militer Myanmar. Menuntut pemerintah melakukan penyelidikan.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Whiesa Daniswara
Rekaman video dan gambar dari insiden tersebut menunjukkan sebagian besar dari mereka yang terbunuh disiksa terlebih dahulu dan dikubur di lubang dangkal.
Pembunuhan itu terjadi pada Juli, dalam empat insiden terpisah di kota kecil Kani, benteng kelompok oposisi di Distrik Sagaing di Myanmar Tengah.
Diperkirakan pembunuhan itu adalah hukuman kolektif atas serangan oleh kelompok-kelompok milisi yang menuntut kembalinya demokrasi setelah kudeta militer pada Februari.
Sementara, seorang juru bicara pemerintah militer tidak menyangkal tuduhan itu.
Militer telah menghadapi perlawanan dari warga sipil sejak menguasai negara, yang juga disebut Burma, menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
BBC mewawancarai 11 saksi di Kani dan membandingkan keterangan mereka dengan rekaman ponsel dan foto-foto yang dikumpulkan oleh Myanmar Witness, sebuah LSM yang berbasis di Inggris yang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut.
Pembunuhan terbesar terjadi di desa Yin, di mana setidaknya 14 pria disiksa atau dipukuli sampai mati, dan tubuh mereka dibuang ke selokan.
Para saksi di Yin yang namanya kami sembunyikan untuk melindungi identitas mereka mengatakan kepada BBC, bahwa orang-orang itu diikat dengan tali dan dipukuli sebelum mereka dibunuh.
"Kami tidak tahan untuk menontonnya sehingga kami menundukkan kepala, menangis," kata seorang wanita.
Saudara laki-laki, keponakan, dan saudara ipar wanita itu juga telah terbunuh.
"Kami memohon mereka untuk tidak melakukannya. Mereka tidak peduli. Mereka bertanya kepada para wanita, 'Apakah suami Anda termasuk di antara mereka? Jika ya, lakukan ritual terakhir Anda'," ujarnya.
Seorang pria yang berhasil melarikan diri dari pembunuhan mengatakan bahwa tentara melakukan pelecehan yang mengerikan pada orang-orang selama berjam-jam sebelum mereka meninggal.
"Mereka diikat, dipukuli dengan batu dan popor senapan dan disiksa sepanjang hari," kata korban selamat.
"Beberapa tentara tampak muda, mungkin 17 atau 18 tahun, tetapi beberapa benar-benar tua. Ada juga seorang wanita bersama mereka," lanjutnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.