Presiden Iran Ebrahim Raisi: Donald Trump Harus Diadili Karena Pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan mantan Presiden AS Donald Trump harus dihukum karena berperan dalam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan mantan Presiden AS Donald Trump harus diadili atas perannya dalam pembunuhan jenderal top Qassem Soleimani dua tahun lalu, atau Iran akan membalas dendam.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Senin,
“Sebagai penjahat dan pembunuh utama yang memerintahkan serangan pesawat tak berawak mematikan terhadap konvoi Soleimani di Irak, Trump harus menghadapi hukum Tuhan dan menderita qisas,” ujar Raisi, dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (3/1/2022) waktu setempat.
Ia merujuk pada pembalasan hukuman dalam istilah Islam.
Raisi menyerukan pembentukan pengadilan yang adil di mana Trump, mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, dan pejabat Amerika lainnya dihukum.
Baca juga: 2 Tahun Kematian Qassem Soleimani, Iran Serukan Agar PBB Ambil Tindakan Terhadap AS
Baca juga: Pidato Pelantikan Presiden Iran Ebrahim Raisi: Amerika Serikat Harus Cabut Sanksi
Jika tidak, katanya, “jangan ragu, dan saya katakan ini kepada semua negarawan Amerika, bahwa ummah akan membalas dendam.”
Iran mengatakan Soleimani, salah satu tokoh paling kuat di negara itu pada saat itu, sedang dalam misi diplomatik di Baghdad atas undangan pemerintah Irak ketika AS menargetkannya di dekat bandara kota.
Pada saat itu, Iran menjanjikan balas dendam yang keras dan beberapa hari kemudian Iran menembakkan lebih dari selusin rudal ke dua pangkalan AS di Irak, namun tidak menimbulkan korban.
Negara itu kemudian menetapkan tujuan utamanya bagi penarikan penuh pasukan militer Amerika Serikat dan berjanji membalas dendam atas pembunuhan itu.
Sementara itu, pejabat kehakiman berjanji akan menindaklanjuti pembunuhan di tempat-tempat lokal dan internasional.
Baca juga: Putri Jenderal Qassem Soleimani Kembali Ungkapkan Dukungan untuk Palestina
Baca juga: Media Israel Diretas di Hari Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani, Dianggap sebagai Ancaman
Negara itu sebelumnya telah meminta red notice dari Interpol bagi penangkapan Trump dan puluhan pejabat AS lainnya.
Sebuah pengadilan lokal dibentuk pada hari Senin (3/1/2022).
Para pejabat telah meminta masyarakat Iran untuk secara resmi mendaftarkan keluhan apa pun yang mungkin mereka alami dari kekuatan asing atas pembunuhan sang jenderal.
Iran juga telah meminta Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan untuk mengeluarkan resolusi terhadap AS dan Israel untuk mengutuk mereka dan mencegah serangan serupa di masa depan.
Pejabat Iran menuduh Israel memberikan bantuan untuk serangan pesawat tak berawak tersbut.
Baca juga: Pengadilan Iran-Irak Sepakat Buru Para Pembunuh Jenderal Qassem Soleimani
Baca juga: Iran Minta Interpol Tangkap Donald Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Jenderal Soleimani
Raisi pada hari Senin (3/1/2022) menyampaikan sambutannya di sebuah acara di Grand Mosalla Teheran untuk menandai ulang tahun kedua pembunuhan jenderal tersebut.
Acara ini disiarkan secara langsung dan dimeriahkan dengan nyanyian, pembacaan puisi, pengibaran bendera, dan pidato.
Seminggu acara dan program untuk memperingati mantan komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dimulai pada hari Jumat (31/12/2021).
Pertemuan dilanjutkan pada hari Senin, dengan pertemuan di kampung halaman Soleimani di Kerman dan kota-kota lain di seluruh negeri.
Acara di Teheran dihadiri oleh pejabat tinggi dan utusan sekutu regional seperti Palestina, Suriah dan Yaman yang merupakan bagian dari apa yang disebut poros perlawanan yang didukung Iran dan diperluas oleh Soleimani selama beberapa dekade.
Baca juga: FBI Selidiki Ancaman Serangan di Gedung Capitol, Terkait Peringatan Setahun Tewasnya Soleimani
Baca juga: Irak Tuntut Pasukan AS Mundur pada Saat Peringatan Setahun Kematian Qassem Soleimani
Dalam pidatonya, Raisi juga melukiskan Soleimani sebagai pria yang lebih dari sekadar pribadi dan menjadi budaya, cara, sekolah.
“Dia bukan seseorang, dia sekolah. Dan sekolah ini tidak dihancurkan oleh teror maupun oleh rudal,” kata presiden.
Raisi mengatakan sang jenderal tidak pernah takut pada AS bahkan ketika dia sepenuhnya menyadari kekuatan militernya.
“Dan ia percaya dari lubuk jiwanya bahwa Amerika tidak dapat melakukan apa pun terhadap kita",” ujar Raisi, menggemakan ungkapan yang disukai oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Raisi juga mengatakan Soleimani adalah seorang pria yang menguasai baik medan perang dan diplomasi.
Baca juga: Siaga Tinggi di Irak Jelang Peringatan Setahun Pembunuhan Qassem Soleimani
Baca juga: Poster Qassem Soleimani Picu Kontroversi di Jalur Gaza
Pada dini hari Senin, setidaknya dua perusahaan media besar Israel berada di bawah serangan siber.
Situs web Jerusalem Post dan akun Twitter Maariv tampaknya diretas ketika mereka memposting konten yang memuji Soleimani dan mengancam Israel. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)