Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Setahun Rusuh di Capitol, Jajak Pendapat Sebut Warga AS Prihatin dengan Kondisi Demokrasi

2 jajak pendapat mengungkapkan bagaimana warga Amerika Serikat (AS) bereaksi atas peringatan satu tahun serangan mematikan di Capitol, pada 6 Januari.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Setahun Rusuh di Capitol, Jajak Pendapat Sebut Warga AS Prihatin dengan Kondisi Demokrasi
Miami Herald
Rusuh di Amerika Serikat. Para Pendukung mantan Presiden AS Donald Trump menyerbu gedung Capitol. FBI mengamankan warga Florida, Adam Christian Johnson yang dilihat dalam foto viral membuat pidato dalam ruang kerja Nancy Pelosi selama kerusuhan di Capitol AS telah ditangkap. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua jajak pendapat mengungkapkan bagaimana warga Amerika Serikat (AS) bereaksi atas peringatan satu tahun serangan mematikan di Capitol, pada 6 Januari 2021 lalu.

Jajak penda[at tersebut menyebut bahwa Amerika masih sangat prihatin dengan kondisi demokrasi mereka.

Sepertiga dari mereka yang disurvei mengatakan aksi kekerasan terhadap pemerintah kadang-kadang dapat dibenarkan.

Serangan 6 Januari, yang dipimpin pendukung mantan Presiden AS Donald Trump adalah "pertanda meningkatnya kekerasan politik".

Baca juga: Perusuh Capitol Pukul Polisi pada 6 Januari Lalu Diganjar Hukuman 3 Tahun Penjara

Baca juga: Pangeran Harry Klaim Sudah Prediksi Kerusuhan Capitol, Kirim Pesan ke Bos Twitter Sehari Sebelumnya

Seorang anggota Garda Nasional berjalan di Capitol Hill sebelum dimulainya hari pertama persidangan pemakzulan mantan Presiden AS Donald Trump di hadapan Senat 9 Februari 2021
Seorang anggota Garda Nasional berjalan di Capitol Hill sebelum dimulainya hari pertama persidangan pemakzulan mantan Presiden AS Donald Trump di hadapan Senat 9 Februari 2021 (Brendan Smialowski / AFP)

Berdasarkan hasil survei dari CBS News, yang diterbitkan Minggu (2/1/2022), dua pertiga dari mereka yang memberikan pendapat mengatakan demokrasi Amerika "terancam".

Dilansir Al Jazeera, survei Washington Post-University of Maryland mengungkapkan "kebanggaan" Amerika dalam demokrasi telah menurun tajam, dari 90 persen pada 2002 menjadi 54 persen sekarang.

Menjelang peringatan 6 Januari, jajak pendapat CBS News menemukan 28 persen responden percaya kekuatan/kekerasan dapat digunakan untuk mempertahankan hasil pemilihan.

Berita Rekomendasi

Sementara, 34 persen mengatakan kepada The Washington Post bahwa tindakan kekerasan terhadap pemerintah dapat terkadang dibenarkan – persentase terbesar dalam beberapa dekade.

Baca juga: Ada Ancaman Bom di Gedung HHS, Tiga Gedung di Capitol Hill AS Dievakuasi

Baca juga: Donald Trump Digugat Polisi Capitol Atas Keterlibatannya dalam Serangan di Gedung Capitol AS

FBI mengamankan warga Florida, Adam Christian Johnson yang dilihat dalam foto viral membuat pidato dalam ruang kerja Nancy Pelosi selama kerusuhan di Capitol AS telah ditangkap.
FBI mengamankan warga Florida, Adam Christian Johnson yang dilihat dalam foto viral membuat pidato dalam ruang kerja Nancy Pelosi selama kerusuhan di Capitol AS telah ditangkap. (Miami Herald)

Dua pertiga pendukung Trump terus mempercayai tuduhannya yang tidak berdasar bahwa Joe Biden bukanlah presiden yang terpilih secara sah.

Trump telah berbicara kepada ribuan pendukung sesaat sebelum serangan Capitol, mengatakan kepada mereka bahwa pemilihan telah "dicurangi" dan bahwa mereka harus "berjuang seperti neraka".

Sekitar 60 persen dari mereka yang disurvei mengatakan Trump memikul tanggung jawab berat atas invasi Capitol tepat ketika anggota parlemen ditetapkan untuk mengesahkan kemenangan Biden.

Lalu, surveri Post menunjukkan 83 persen pemilih Trump menempatkan tingkat tanggung jawabnya "beberapa" atau "tidak ada", terkait kerusuhan tersebut dan 26 persen orang Amerika ingin dia mencalonkan diri lagi pada tahun 2024, menurut CBS.

Baca juga: KESAKSIAN Polisi Saat Kerusuhan di  Capitol AS: Dipukul, Ditangkap, Ditusuk, Senjata Direbut Perusuh

Baca juga: Trump Gugat New York City Karena Hentikan Kontrak Lapangan Golf  Setelah Kerusuhan di Capitol

Polisi mengamankan seorang demonstran pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di luar Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Roberto Schmidt
Polisi mengamankan seorang demonstran pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di luar Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Roberto Schmidt (AFP/Roberto Schmidt)

Sebuah komite terpilih DPR telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menetapkan peran dan tanggung jawab mereka yang menghasut atau mungkin mengorganisir protes.

Meskipun kerjasama terbatas dari lingkaran dalam Trump, panel telah melakukan lebih dari 300 wawancara dan mengumpulkan ribuan dokumen.

"Kami telah menemukan beberapa hal yang membuat kami prihatin, hal-hal seperti orang-orang yang mencoba ... merusak integritas demokrasi kami," kata ketua panel, Perwakilan Bennie Thompson, mengatakan pada hari Minggu di ABC.

“Tampaknya ada upaya terkoordinasi dari sejumlah orang untuk merusak pemilu,” katanya.

Baca juga: Facebook Tangguhkan Akun Trump Selama 2 Tahun karena Unggahannya Dianggap Memicu Kerusuhan Capitol

Baca juga: Penyebab Kematian Polisi Capitol AS Brian Sicknick Dirilis, Tidak Terkait Langsung dengan Kerusuhan

Petugas keamanan US Capitol mengamankan sejumlah demonstran pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyerbu ke dalam Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Getty Images/Drew Angerer
Petugas keamanan US Capitol mengamankan sejumlah demonstran pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyerbu ke dalam Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Getty Images/Drew Angerer (AFP/Drew Angerer)

“Bisa saja orang-orang di eksekutif. Bisa jadi orang-orang di Departemen Pertahanan … dan beberapa individu yang sangat kaya.”

Ia mengatakan tidak akan ragu untuk merujuk bukti ilegal ke Departemen Kehakiman.

Liz Cheney, salah satu dari hanya dua anggota Partai Republik di panel, pada hari Minggu mengecam keras Trump karena menunggu berjam-jam sebelum mendesak para perusuh Capitol untuk mundur.

"Ia bisa dengan mudah mengeluarkan perintah seperti itu," katanya kepada ABC.

Berita lain terkait Rusuh di Amerika Serikat

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas