1 Tahun Serangan Capitol, Joe Biden akan Bicara Kebenaran, Bukan Kebohongan yang Selama Ini Beredar
Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan memberikan pidato bertepatan dengan 1 tahun serangan capitol 6 Januari 2021.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan memberikan pidato bertepatan dengan 1 tahun serangan capitol 6 Januari 2021.
Dilansir Independent, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyebut Joe Biden akan menceritakan kebenaran atas apa yang terjadi selama serangan terburuk di Capitol itu, setelah Pembakaran Washington tahun 1814.
Biden dijadwalkan akan berbicara di Aula Patung Capitol pada Kamis (6/1/2022) pagi.
Di tempat tersebut tepat satu tahun lalu, massa huru-hara yang bersenjatakan semprotan kimia, pistol setrum, dan senjata rakitan lainnya menerobos masuk.
Aksi itu bertujuan mencegah Kongres mengesahkan kemenangan pemilu 2020 Joe Biden.
Menurut Ordo Persaudaraan Polisi, setidaknya 140 Polisi Capitol AS dan polisi Metropolitan DC menderita luka-luka saat bentrok dengan massa pendukung Donald Trump hari itu.
Baca juga: Peringatan Kerusuhan Capitol: Biden Akan Pidato, Trump Batal Konpers
Baca juga: Setahun Rusuh di Capitol, Jajak Pendapat Sebut Warga AS Prihatin dengan Kondisi Demokrasi
Tiga perusuh dan satu petugas Polisi Capitol, Brian Sicknick, tewas setelah serangan itu.
Donald Trump dilaporkan menonton aksi kekerasan itu dari televisi di ruang makan pribadi Sayap Barat hari itu.
Meski melihat apa yang terjadi, ia dan pendukungnya terus meremehkan serangan tersebut.
Ditanya tentang isi pidato yang direncanakan Biden, Psaki mengatakan Biden akan berbicara tentang kebenaran atas apa yang terjadi, bukan kebohongan yang telah disebarkan beberapa orang sejak saat itu.
Presiden juga akan bicara mengenai bahaya yang ditimbulkannya akibat kebohongan terhadap supremasi hukum dan sistem pemerintahan yang demokratis.
"Dia juga akan … memperingati para pahlawan 6 Januari, terutama para penegak hukum yang gagah berani yang berjuang untuk menegakkan Konstitusi dan melindungi Capitol dan kehidupan orang-orang yang ada di sana."
"Karena upaya mereka, demokrasi kita bertahan dari serangan massa dan kehendak lebih dari 150 juta orang yang memilih dalam pemilihan presiden."
"Dia juga akan berbicara tentang pekerjaan yang masih perlu kita lakukan untuk mengamankan dan memperkuat demokrasi dan institusi kita untuk menolak kebencian dan kebohongan yang kita lihat pada 6 Januari, dan untuk menyatukan negara kita."
Baca juga: Perusuh Capitol Pukul Polisi pada 6 Januari Lalu Diganjar Hukuman 3 Tahun Penjara
Baca juga: Donald Trump Digugat Polisi Capitol Atas Keterlibatannya dalam Serangan di Gedung Capitol AS
Tidak lama kemudian, Psaki ditanya apakah Biden merasa ada hal lain yang bisa ia lakukan untuk mengubah pikiran para pendukung Trump.
Pendukung Trump dianggap masih mempercayai kebohongan yang disebarkan oleh mantan presiden itu tentang legitimasi penerusnya.
Psaki menjawab, "Saya pikir apa yang akan terus presiden lakukan adalah berbicara kepada semua orang di negara ini, mereka yang tidak memilih dia, mereka yang mungkin tidak percaya bahwa dia adalah presiden yang sah, tentang apa yang ingin dia lakukan untuk membuat mereka hidup lebih baik."
"Dan dia melihat itu sebagai tanggung jawabnya sebagai Presiden Amerika Serikat."
"Itulah yang akan terus dia lakukan”.
Serangan Capitol 6 Januari "Diprediksi" Pangeran Harry
Sehari sebelum serangan capitol, Pangeran Harry mengatakan dia sempat memperingatkan bos Twitter Jack Dorsey tentang platformnya yang memungkinkan terjadinya kerusuhan politik.
Dilansir The Guardian, Duke of Sussex membuat pernyataan itu di forum teknologi RE:WIRED di AS, Selasa (9/11/2021).
Dia berkata, "Jack dan saya saling mengirim email sebelum 6 Januari ketika saya memperingatkannya bahwa platformnya memungkinkan terjadinya kudeta."
"Email itu dikirim sehari sebelumnya."
"Dan kemudian itu terjadi, dan saya belum mendengar kabar darinya sejak itu."
Harry berbicara melalui obrolan video pada sesi yang membahas apakah media sosial berkontribusi terhadap informasi yang salah dan kebencian online.
Pada hari kerusuhan 6 Januari, Donald Trump mentweet tuduhan kecurangan suara sebelum digelarnya rapat umum di Washington DC.
Anggota gerakan Proud Boy, sebuah milisi sayap kanan, menyerbu Capitol untuk mengganggu sertifikasi resmi kemenangan Joe Biden dalam pemilihan Gedung Putih.
Aksi itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk membatalkan hasil pemilu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)