Donald Trump Batalkan Konferensi Pers 6 Januari, Rapat Umum di Arizona Dilaksanakan Sesuai Jadwal
Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan konferensi pers yang semula dijadwalkan bertepatan peringatan serangan 6 Januari di Capitol.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan konferensi pers yang semula dijadwalkan bertepatan peringatan serangan 6 Januari di Capitol.
Dilaporkan AP News, dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam Donald Trump menyebut akan membahas sejumlah hal dalam rapat umum Arizona 15 Januari mendatang.
Trump diperkirakan akan menggunakan konferensi pers untuk mencerca komite kongres yang menyelidiki peristiwa 6 Januari, ketika massa pendukungnya menyerbu Capitol dalam upaya untuk menghentikan transfer kekuasaan secara damai.
Trump terus bersikeras bahwa pemilihan itu dicurangi dan bahwa pemberontakan yang nyata justru terjadi pada Hari Pemilihan, 3 November 2020.
Joe Biden dari Demokrat memenangkan suara yang menghasilkan kemenangannya di Electoral College 306-232.
Pejabat pemilihan federal dan negara bagian, jaksa agung Trump sendiri dan banyak hakim - termasuk beberapa yang dia tunjuk - semuanya telah berulang kali mengatakan bahwa pemilihan itu adil dan bahwa tidak ada bukti yang kredibel tentang penipuan serius.
Baca juga: 1 Tahun Serangan Capitol, Joe Biden akan Bicara Kebenaran, Bukan Kebohongan yang Selama Ini Beredar
Baca juga: Peringatan Kerusuhan Capitol: Biden Akan Pidato, Trump Batal Konpers
"Mengingat bias total dan ketidakjujuran Komite Demokrat Tidak Terpilih 6 Januari, dua anggota Partai Republik yang gagal, dan Media Berita Palsu, saya membatalkan Konferensi Pers 6 Januari di Mar-a-Lago pada hari Kamis, dan sebagai gantinya akan membahas banyak hal, tentang topik-topik penting itu pada rapat umum saya pada Sabtu, 15 Januari, di Arizona," tulis Trump.
Newsweek melaporkan, Donald Trump terakhir kali menggelar rapat umum pada Oktober 2021 di Iowa State Fairgrounds di Des Moines.
Sedangkan rapat umum terakhirnya di Arizona diadakan pada 24 Juli lalu.
Trump dan para pendukungnya menganggap Arizona sebagai titik fokus utama dalam narasi kebohongannya bahwa pilpres 2020 telah dicurangi.
Baca juga: Setelah Akui Dapat Vaksin Booster, Donald Trump Dihujat Pendukungnya Sendiri
Baca juga: Donald Trump Sebut Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu Tak Pernah Berniat Damai dengan Palestina
Selama berminggu-minggu, wilayah terpadat di negara bagian Maricopa County menjadi subjek audit yang dipimpin oleh teori konspirasi.
Langkah itu merupakan upaya pendukung Trump untuk membatalkan hasil pemilihan.
Pada bulan September, audit menemukan bahwa Biden masih memenangkan negara bagian Arizona dengan kira-kira 10.500 suara.
Trump sebenarnya malah menerima lebih sedikit suara daripada penghitungan aslinya.
Baca juga: Donald Trump Caci Maki Netanyahu, Merasa Dikhianati Gara-gara Selamati Joe Biden
Baca juga: Sekelompok Investor Suntik Dana 1 Miliar Dolar AS ke Perusahaan Media Sosial Milik Donald Trump
Rencana Lainnya
Sementara itu, rencana terbesar Trump yang diantisipasi pada tahun 2022 lainnya adalah pengumuman bahwa dia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa Trump adalah pilihan yang lebih disukai Partai Republik dari calon potensial lainnya untuk pemilihan 2024.
Trump juga berharap dapat meluncurkan jaringan media sosial barunya pada awal 2022.
Platform Truth Social diumumkan oleh Trump pada bulan Oktober lalu setelah ia dilarang dari semua situs media sosial mainstream.
Upaya Trump untuk kembali ke media sosial sempat dilakukan lewat situs "From the Desk of Donald J. Trump".
Tetapi situs itu ditutup setelah hanya beberapa minggu karena jumlah pembaca yang rendah.
Baca juga: Mantan Ajudan Donald Trump Ditegur saat Memutar Lagu Taylor Swift di Gedung Putih: Mau Dipecat?
Baca juga: Trump Hotel International Dijual Dengan Harga Rp 5,2 Triliun
Namun, peluncuran situs media sosial baru Truth Social mungkin terhambat.
Rencana merger antara Trump Media & Technology Group dan perusahaan cangkang, Digital World Acquisition Corp (DWAC), sedang diselidiki oleh Securities and Exchange Commission (SEC) serta Otoritas Pengatur Industri Keuangan (FINRA).
Penyelidikan dilaporkan sedang menyelidiki apakah grup media Trump mengadakan pembicaraan khusus dengan perusahaan akuisisi sebelum go public.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)