Surati China, Korea Utara Sindir AS dan Izin Tak Hadiri Olimpiade Beijing 2022
Korea Utara menyurati China untuk memberitahukan ketidakhadirannya di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 hingga singgung boikot dari AS.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menyurati China untuk memberitahukan ketidakhadirannya di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 hingga singgung boikot dari AS.
Dilansir Reuters dari media pemerintah, Korut mengaku tidak bisa hadir di festival olah raga itu karena alasan Covid-19.
Dalam suratnya, negara pimpinan Kim Jong Un ini juga menuduh Amerika Serikat berusaha menggagalkan Olimpiade Beijing dengan cara boikot.
Tidak jelas apakah surat itu merujuk kepada atlet Korut, yang diskors dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) hingga akhir 2022 setelah gagal mengirim tim ke Olimpiade Tokyo karena Covid-19.
Ringkasan surat dari media KCNA itu juga tidak menyebutkan delegasi diplomatik.
Baca juga: Korea Utara Akui Telah Luncurkan Rudal Hipersonik
Baca juga: Kim Jong Un Tembakkan Rudal, Saat Moon Jae-in Berharap Bisa Hubungkan Semenanjung Korea
Diketahui, Korea Utara menutup semua perbatasan dan pedagangannya dari China sejak virus corona merebak.
Surat ini turut menyinggung boikot AS terhadap Olimpiade Beijing 2022 dengan alasan catatan pelanggaran HAM di Xinjiang.
Di sisi lain, Amerika mengizinkan para atletnya bersaing di kompetisi olah raga itu.
Langkah pemboikotan dari AS diikuti sejumlah negara, diantaranya Inggris, Australia, dan Kanada.
"AS dan pasukan bawahannya semakin tidak terselubung dalam gerakan mereka melawan China yang bertujuan untuk mencegah keberhasilan pembukaan Olimpiade," kata surat Korea Utara.
Negara komunis itu menyebut AS melakukan penghinaan dan mempermalukan China di mata internasional.
Sebelumnya, Kim Jong Un beberapa kali mengirim perwakilan pejabat tinggi ke sejumlah ajang Olimpiade.
Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong hadir dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan dan Kim Yong Nam, pejabat tertinggi kedua Korea Utara pada saat itu, mengunjungi Beijing untuk Olimpiade Musim Panas 2008.
China merupakan satu-satunya sekutu utama Korea Utara sejak perjanjian tahun 1961.
Sanksi terkait program nuklir dari pihak internasional, makin membuat Pyongyang bergantung kepada Beijing terutama di sektor perdagangan.
"Kami tidak dapat mengambil bagian dalam Olimpiade karena gerakan pasukan musuh dan pandemi di seluruh dunia, tetapi kami akan sepenuhnya mendukung rekan-rekan China dalam semua pekerjaan mereka untuk mengadakan festival Olimpiade yang indah," kata surat itu, menurut KCNA.
Kim Jong Un Batasi Pergerakan Rakyat
Korea Utara baru-baru ini memperketat pembatasan pergerakan di dalam negeri.
Menurut laporan Daily NK, ini merupakan tindak lanjut dari rencana penanggulangan Covid-19 yang jadi prioritas utama Korea Utara pada Rapat Pleno Keempat Komite Sentral Kedelapan akhir tahun lalu.
Menurut sumber Daily NK di Provinsi Hamgyong Utara, pihak berwenang di Hoeryong mengeluarkan perintah melalui inminban kota (satuan rakyat) yang menyatakan ada perubahan baru pada proses penerbitan sertifikat untuk warga yang ingin bepergian.
Baca juga: Orang Tak Dikenal Lintasi Zona Demiliterisasi Korsel-Korut, Awalnya Panjat Pagar Berduri
Baca juga: Pembelot yang Kembali ke Korea Utara Disebut Hidup Miskin saat di Korea Selatan
Warga Korut harus membawa sertifikat perjalanan bisnis atau sertifikat perjalanan jika ingin bepergian.
Sertifikat perjalanan bisnis dikeluarkan oleh kantor tempat kerja atau lingkungan lokal.
Sedangkan, sertifikat perjalanan dikeluarkan hanya jika ada pernikahan atau kematian dalam garis keturunan langsung orang tersebut.
Namun tidak itu saja, sertifikat ini harus mendapat tanda tangan dari sejumlah kantor daerah hingga ke kementerian.
Warga yang akan ke luar kota juga harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan kondisi kesehatannya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)