Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik, Kedua Kali dalam Sepekan
Korea Utara telah meluncurkan rudal balistik, kedua kalinya dalam sepekan. Diduga ditembakkan oleh Korea Utara dari darat menuju Laut Timur
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara telah meluncurkan rudal balistik, kedua kalinya dalam sepekan.
Sebelumnya, Korea Utara telah meluncurkan rudal hipersonik pada Rabu (5/1/2022).
Dikutip dari BBC, Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi peluncuran rudal pada 07.27 waktu setempat pada Selasa (11/1/2022).
Penjaga pantai Jepang juga melaporkan peluncuran rudal tersebut.
Jepang mengatakan Korea Utara telah menembakkan objek mirip rudal balistik.
Peluncuran terjadi tak lama setelah enam negara mengeluarkan pernyataan yang mendesak Korea Utara untuk menghentikan tindakan destabilisasi.
Baca juga: Diperkirakan 10.000 Korban Meninggal Jika Terjadi Gempa Dahsyat di Tokyo Jepang
Baca juga: Surati China, Korea Utara Sindir AS dan Izin Tak Hadiri Olimpiade Beijing 2022
"Militer kami mendeteksi rudal balistik yang diduga ditembakkan oleh Korea Utara dari darat menuju Laut Timur," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
Dia menambahkan, otoritas intelijen dari Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sedang dalam proses melakukan analisis rinci.
Peluncuran terbaru menggarisbawahi janji pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk meningkatkan pertahanan negara sebagai bagian dari prioritas kebijakannya untuk tahun 2022, yang digariskan selama pertemuan penting pada Desember.
Pada Senin (10/1/2022), misi AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bergabung dengan Prancis, Republik Irlandia, Jepang, Inggris, dan Albania, mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk uji coba nyata minggu lalu.
"Tindakan ini meningkatkan risiko salah perhitungan dan eskalasi serta menimbulkan ancaman signifikan terhadap stabilitas regional," kata duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
“(Korea Utara) melakukan investasi militer ini dengan mengorbankan kesejahteraan rakyat Korea Utara,” katanya.
Mengutip Al Jazeera, pembicaraan denuklirisasi terhenti sejak pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump runtuh pada 2019.
Thomas-Greenfield mengulangi seruan agar Korea Utara kembali berunding dan meninggalkan rudal dan senjata nuklirnya.