Sergio Mattarella Kembali Terpilih Jadi Presiden Italia
Setelah partai politik gagal menemukan alternatif, Sergio Mattarella kembali terpilih menjadi presiden Italia.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Setelah partai politik gagal menemukan alternatif, Presiden Italia Sergio Mattarella terpilih untuk masa jabatan kedua.
Partai-partai akhirnya meminta Mattarella (80) untuk tetap menjadi presiden, setelah seminggu sering melakukan pemungutan suara di Parlemen untuk memilih seorang pengganti.
Ketua partai mengucapkan terima kasih kepada Mattarella yang berusia 80 tahun pada hari Sabtu (29/1/2022) karena setuju untuk tetap menjabat sebagai Presiden.
Hal itu terjadi dalam putaran kedelapan pemungutan suara di antara lebih dari 1.000 anggota parlemen dan delegasi regional di Kamar Deputi, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.
Tepuk tangan yang keras dan berkepanjangan pecah ketika Mattarella memberikan 505 suara yang dibutuhkan untuk pemilihan.
Baca juga: Presiden Joe Biden Berjanji Calonkan Wanita Kulit Hitam Pertama Jadi Hakim Agung AS
Baca juga: Mengapa Turki Mencoba Tengahi Krisis Ukraina-Rusia? Simak Penjelasannya
Mattarella telah lama menolak untuk tetap menjabat, tetapi dengan stabilitas politik negara yang terancam.
Kemudian dia berubah pikiran dalam menghadapi banding dari para pemimpin parlemen yang bertemu dengannya di istana kepresidenan pada hari sebelumnya.
Pemimpin Partai Demokrat (PD) kiri-tengah, Enrico Letta, yang telah memperjuangkan terpilihnya kembali Mattarella, berbicara kepada wartawan untuk mengungkapkan "terima kasih yang sebesar-besarnya atas pilihannya yang murah hati terhadap negara".
Nadim Baba dari Al Jazeera mengatakan keputusan itu membawa stabilitas pada politik dan pasar keuangan Italia.
“Perdana Menteri, Mario Draghi, telah menjelaskan bahwa dia ingin menjadi presiden Italia.
“Itu tidak berjalan baik dengan partai-partai utama di Parlemen, mereka ingin dia tetap di posisi setidaknya sampai pemilihan umum berikutnya pada tahun 2023.
“Jika dia pindah, harus ada pemilihan cepat, yang bisa menciptakan ketidakstabilan. Dia juga dipandang sebagai seseorang yang dapat mengawasi transisi Italia pascapandemi,” kata Baba.
Ini adalah kedua kalinya secara berturut-turut seorang presiden diminta untuk memperbarui mandatnya selama tujuh tahun.
Pada 2013, para pemimpin politik bergandengan tangan dengan kepala negara saat itu, Giorgio Napolitano, setelah mereka juga gagal menemukan kandidat konsensus.