Rusia Tuduh Negara Barat Sebarkan Disinformasi tentang Ukraina
Rusia mengecam media dan negara-negara Barat karena menyebarkan disinformasi "skala besar" atas kemungkinan invasi Moskow ke Ukraina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengecam media dan negara-negara Barat karena menyebarkan disinformasi "skala besar" atas kemungkinan invasi Moskow ke Ukraina.
Pada Jumat (11/2/2022), Kementerian Luar Negeri Rusia mengaku melakukannya "untuk mengalihkan perhatian dari tindakan agresif mereka sendiri".
"Pada akhir 2021 dan awal 2022, ruang informasi global menghadapi kampanye media yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala dan kecanggihannya, yang tujuannya adalah untuk meyakinkan masyarakat dunia bahwa Federasi Rusia sedang mempersiapkan invasi ke wilayah Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan Jumat malam (11/2/2022).
Pernyataan tersebut datang beberapa jam sebelum percakapan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu malam (12/2/2022).
Melansir CNN, Amerika juga mengeluarkan peringatan keras bahwa serangan Rusia di Ukraina bisa terjadi kapan saja.
Baca juga: Gedung Putih: Orang Amerika Harus Tinggalkan Ukraina dalam Waktu 48 Jam
Baca juga: Situasi Rusia-Ukraina Semakin Memanas, Pemerintah RI Rencanakan Evakuasi WNI
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan memperingatkan bahwa serangan Rusia di Ukraina dapat segera dimulai, termasuk dengan bom dan rudal, Jumat (11/2/2022).
Sullivan menyarankan semua orang Amerika untuk meninggalkan negara itu secepat mungkin, demi keselamatan mereka sendiri.
Dia juga menyerukan agar semakin banyak kedutaan yang melakukan hal yang sama.
Sullivan mengatakan tidak jelas apakah Putin telah memutuskan untuk menyerang Ukraina.
Baca juga: Konflik Rusia Ukraina Memanas, Vladimir Putin Menambah Pasukan di Perbatasan
Baca juga: Kemlu RI Siapkan Rencana Kontijensi Evakuasi WNI dari Ukraina
Kremlin telah lama membantah bahwa pihaknya berencana untuk menyerang (Ukraina) dan berpendapat bahwa dukungan NATO untuk Ukraina - termasuk peningkatan pasokan senjata dan pelatihan militer - merupakan ancaman yang berkembang di sisi barat Rusia.
Tanda ekslakasi
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS terus "melihat tanda-tanda eskalasi Rusia yang sangat mengganggu, termasuk pasukan baru yang tiba di perbatasan Ukraina."
AS memperkirakan Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, dengan ribuan ditambahkan minggu ini, menurut seorang pejabat pemerintah.
Pada Kamis (10/2/2022), gambar satelit baru yang dirilis oleh perusahaan teknologi yang berbasis di AS Maxar tampaknya menunjukkan penumpukan militer Rusia yang terus berlanjut di Krimea, Rusia barat dan Belarusia.
Baca juga: Ancaman Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Naik ke 100 Dolar AS
Baca juga: Makin Panas, Militer Rusia Kepung Ukraina dari Darat dan Laut, AS Enggan Terlibat Konflik Terbuka
Gambar-gambar itu dirilis pada hari yang sama ketika Rusia dan Belarus memulai 10 hari latihan militer bersama.
Rusia meningkatkan kehadiran militernya di Belarus dari beberapa ribu tentara pada Januari menjadi sekitar 30.000 pada bulan ini.
Sementara itu, di Ibu Kota Ukraina, Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko menguraikan langkah-langkah untuk menjaga "fasilitas infrastruktur penting dan sosial" dalam "jika terjadi kemungkinan keadaan darurat."
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Telegram, Klitschko mengatakan, "Upaya kami bertujuan untuk mencegah atau mengatasi kemungkinan provokasi dan menahan serangan militer."
Baca juga: Bertemu di Berlin, Rusia dan Ukraina Gagal Mencapai Kesepakatan
Baca juga: Gambar Satelit Baru Tunjukkan Berlanjutnya Penumpukan Militer Rusia di Tiga Sisi Ukraina
Dia mengatakan upaya itu termasuk menghasilkan produksi listrik tambahan dan menciptakan cadangan bahan bakar untuk "jangka waktu hingga 10 hari".
Klitschko menambahkan ada lebih dari 500 fasilitas penyimpanan dan hampir 4.500 "struktur penggunaan ganda" tersedia sebagai layanan perlindungan sipil di seluruh kota.
Diajuga mengatakan rencana evakuasi telah disiapkan di tingkat distrik di seluruh ibu kota.
Dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Sabtu pagi waktu setempat di Australia, Blinken menegaskan kembali "dukungan kuat Amerika Serikat untuk Ukraina dalam menghadapi ancaman yang semakin akut dari kemungkinan agresi Rusia lebih lanjut".
Blinken "menggarisbawahi bahwa semua agresi terhadap Ukraina oleh Rusia akan ditanggapi dengan konsekuensi yang cepat, berat, dan terpadu," kata juru bicara Ned Price.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.