Rusia Bombardir Kyiv, Ledakan Bom Seperti Kembang Api, Asap Tebal Membumbung di Penjuru Kota
Sebuah ledakan besar terdengar setelah serangan udara militer Rusia menghantam pusat komunikasi radar militer di luar Kota Kyiv.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Militer Rusia membombardir Kota Kyiv, ibukota Ukraina, melalui serangan udara secara masif Senin kemarin. Sebuah ledakan besar terdengar setelah serangan udara militer Rusia menghantam pusat komunikasi radar militer di luar Kota Kyiv.
Serangan udara besar-besaran Rusia ini terjadi hanya berselang beberapa jam setelah dilakukan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina berakhir.
Ledakan kuat di daerah Brovary dan Solomenka telah mengakibatkan korban, menurut laporan. Walikota Brovary juga termasuk di antara korban yang terluka menurut laporan situs berita Inggris, Express.co.uk.
Serangan ini dilakukan Rusia ketika anggota delegasi Ukraina pada pembicaraan gencatan senjata dengan Rusia pada hari Senin kemarin (28/2/2022) mengatakan negosiasi berlangsung pelik dan pihak Rusia bias.
Artileri Rusia membombardir distrik perumahan di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv pada hari Senin, dan diperkirakan menewaskan puluhan orang, kata para pejabat Ukraina.
Baca juga: Rusia Balas Sanksi Uni Eropa dengan Menutup Wilayah Udaranya Bagi 36 Negara
Serangan artileri Rusia terjadi ketika pasukan penyerang Moskow menghadapi perlawanan keras dari Ukraina pada hari kelima konflik.
Serangan itu terjadi selama berlangsung pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia.
Baca juga: Rudal Rusia Menghantam Taman Kanak-kanak Ukraina, Satu Orang Anak Meninggal
“Pihak Rusia masih memiliki pandangan yang sangat bias tentang proses destruktif yang telah diluncurkannya,” kata Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter setelah menghadiri pembicaraan di dekat perbatasan Belarusia.
Rusia saat ini menghadapi isolasi yang semakin dalam dan gejolak ekonomi ketika negara-negara Barat, bersatu dalam mengutuk serangannya, menghantamnya dengan serangkaian sanksi yang menciptakan efek riak di seluruh dunia.
Saham di bursa global turun dan harga minyak melonjak.
Namun sebegitu jauh belum ada tanda-tanda Presiden Rusia Vladimir Putin akan mempertimbangkan kembali invasi yang dia lakukan terhadap tetangga di sebelah baratnya itu pada Kamis lalu.
Dia menolak tuduhan Barat selama ini dan membalas sanksi baru dengan langkah untuk menopang mata uang rubel Rusia yang runtuh.
Invasi Rusia ke Ukraina ini merupakan serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia II.
Namun invasi Rusia ini dinilai telah gagal membuat keuntungan awal yang menentukan seperti yang diharapkan Putin.
Kharkiv Masih Jadi Medan Pertempuran Utama
Saat ini wilayah Kharkiv di timur laut Ukraina telah menjadi medan pertempuran utama.
Kepala Administrasi Regional Oleg Synegubov mengatakan, artileri Rusia telah menggempur distrik perumahan meskipun tidak ada posisi tentara Ukraina atau infrastruktur strategis di sana.
Oleg mengatakan, sedikitnya 11 orang tewas.
"(Serangan) ini terjadi pada siang hari, ketika orang-orang keluar ke apotek, untuk membeli bahan makanan, atau untuk air minum. Itu kejahatan," katanya.
Sebelumnya, penasihat Kementerian Dalam Negeri Anton Herashchenko mengatakan serangan roket Rusia di Kharkiv pada hari Senin telah menewaskan puluhan orang. Tidak mungkin untuk memverifikasi secara independen jumlah korban.