Dalam Sepekan 1 Juta Warga Ukraina Mengungsi, Disebut Sebagai Pengungsi Terbesar Abad Ke-21
Angka yang dikeluarkan badan PBB tersebut berarti lebih dari 2 persen warga Ukraina sudah meninggalkan rumah mereka dalam tujuh hari terakhir.
Editor: Hasanudin Aco
Kepala Komisi Regulator Perbankan dan Asuransi China Guo Shuqing mengatakan sanksi tidak akan memberikan dampak yang bagus bagi perekonomian dunia.
China adalah pembeli minyak dan gas terbesar dari Rusia dan mendapat kritikan dunia internasional karena tidak mengeluarkan kecaman tajam terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami tidak akan mengikuti sanksi, dan kami tetap akan melakukan hubungan ekonomi, perdagangan dan keuangan yang normal dengan semua pihak yang relevan," kata Guo dalam jumpa pers di Beijing.
"Kami tidak menyetujui sanksi keuangan."
China sebelumnya menolak menyebut tindakan Rusia ke Ukraina sebagai 'invasi' dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
Minggu lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan China 'memantau dengan saksama situasi terakhir" dan menyerukan "semua pihak harus berusaha menahan diri."
Dia kemudian agak kesal ketika wartawan menyebut tindakan Rusia sebagai invasi ketika serangan dimulai pekan lalu.
"Ini adalah mungkin perbedaan antara China dan anda pihak Barat. Kami tidak mau tergesa-gesa mengambil kesimpulan," katanya.
Dia menambahkan bahwa 'masalah Ukraina' adalah masalah yang kompleks dan menambahkan bahwa China akan melakukan perdagangan normal baik dengan Ukraina dan Rusia.
Rusia menyerang Ukraina beberapa minggu setelah Presiden Rusia Vladimir bertemu Presiden China Xi Jinping sebelum dimulainya Olimpiade Musim Dingin di Beijing.
Majelis Umum PBB keluarkan resolusi soal Ukraina
Sementara itu Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas meloloskan resolusi mengecam Rusia atas invasi ke Ukraina.
Resolusi berjudul "Agresi Terhadap Ukraina' tersebut menuntut segera digantikannya serangan dan penarikan seluruh pasukan Rusia.
Resolusi ini didukung oleh 141 negara dari 193 negara anggota majelis umum, dengan lima negara menolak resolusi dan 35 negara tidak memberikan suara (abstain).
Lolosnya resolusi disambut gempita oleh negara-negara yang mendukung, dengan suara Presiden Majelis Umum Abdulla Shahid hampir tidak terdengar ketika membacakan resolusi di tengah sambutan meriah dalam ruang sidang di New York tersebut.
Sumber; ABC Indonesia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.