Rusia Akan Hentikan Operasi Militer ''Dalam Sekejab'', Tapi Ada Syarat, Ukraina Belum Merespons
Rusia diketahui telah menyerang Ukraina dari utara, timur, dan selatan, menggempur kota-kota termasuk Kyiv, Kharkiv, dan pelabuhan Mariupol.
Editor: Willem Jonata
"Kami juga telah berbicara tentang bagaimana mereka harus mengakui bahwa Crimea adalah wilayah Rusia dan bahwa mereka perlu mengakui bahwa Donetsk dan Lugansk adalah negara merdeka. Dan hanya itu. Itu (invasi) akan berhenti sebentar lagi," tambah dia.
Pembicaraan baru
Garis besar tuntutan Rusia datang ketika delegasi dari Rusia dan Ukraina bersiap bertemu pada Senin ini, untuk pembicaraan putaran ketiga yang bertujuan mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina.
Ini dimulai segera setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi pasukan pemerintah Ukraina sejak 2014, sebagai wilayah independen. Tindakan ini telah dikecam sebagai ilegal oleh Barat.
"Ini bukan kami yang merebut Lugansk dan Donetsk dari Ukraina. Donetsk dan Lugansk tidak ingin menjadi bagian dari Ukraina. Tapi, itu tidak berarti mereka harus dihancurkan sebagai hasilnya," kata Peskov.
"Selebihnya. Ukraina adalah negara merdeka yang akan hidup seperti yang diinginkannya, tetapi dalam kondisi netralitas," ujar dia.
Peskov mengatakan semua tuntutan telah dirumuskan dan diserahkan selama dua putaran pertama pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina, yang berlangsung pekan lalu.
"Kami berharap semua ini akan berjalan baik dan mereka akan bereaksi dengan cara yang sesuai," kata Peskov.
Dia menyampaikan, Rusia telah dipaksa untuk mengambil tindakan tegas untuk memaksa demiliterisasi Ukraina, daripada hanya mengakui kemerdekaan daerah yang memisahkan diri.
Pevkov menyebut upaya ini bertujuan untuk melindungi 3 juta penduduk berbahasa Rusia di republik-republik tersebut, yang katanya sedang diancam oleh 100.000 tentara Ukraina.
"Kami tidak bisa begitu saja mengenali mereka. Apa yang akan kami lakukan dengan 100.000 tentara yang berdiri di perbatasan Donetsk dan Lugansk yang dapat menyerang kapan saja. Mereka selalu membawa senjata AS dan Inggris," katanya.
Menjelang invasi Rusia, Ukraina berulang kali dan dengan tegas membantah pernyataan Moskwa bahwa pihaknya akan melakukan serangan untuk merebut kembali wilayah separatis dengan paksa.
Peskov mengatakan situasi di Ukraina telah menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar bagi keamanan Rusia daripada yang terjadi pada tahun 2014, ketika Rusia juga telah mengumpulkan 150.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, memicu kekhawatiran akan invasi Rusia, tetapi membatasi tindakannya pada pencaplokan wilayah Crimea.
“Sejak itu situasinya memburuk bagi kami. Pada 2014, mereka mulai memasok senjata ke Ukraina dan mempersiapkan tentara untuk NATO, membawanya sesuai dengan standar NATO,” katanya.