Rusia Akan Hentikan Operasi Militer di Ukraina Jika Target Selesai, Apa yang Ingin Dicapai?
Hingga kini Rusia belum menghentikan operasi militernya di Ukraina. Peperangan masih berkecamuk.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini Rusia belum menghentikan operasi militernya di Ukraina. Peperangan masih berkecamuk.
Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke negara tetangga.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia sempat mengumumkan gencatan senjata pada Sabtu (5/3/2022).
Gencatan senjata dilakukan untuk memungkinkan evakuasi penduduk dari dua kota Ukraina, yakni Mariupol dan Volnovakha, ke tempat lebih aman.
Namun, Ukraina mengklaim Rusia melanggar perjanjian gencatan senjata. Pada video yang dirilis, terdengar suara tembakan artileri berat Volnovakha.
"Rusia telah melanggar perjanjian (gencatan senjata), gagal memenuhi tugasnya dan menembaki kota Volnovaksha," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk seperti diberitakan CNN International.
Yang jadi pertanyaan, apa yang membuat Rusia menghentikan operasi militernya di Ukraina?
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan serangan militer negaranya ke Ukraina hanya akan berakhir jika target Moskow tercapai.
Dalam wawancara virtual dengan jurnalis KOMPAS TV Frisca Clarissa, Sabtu (5/3/2022), Dubes Vorobieva mengatakan pihaknya berharap operasi militer ke Ukraina segera berakhir.
“Ini akan mungkin diakhiri jika target kami tercapai, baik dengan cara diplomatik, berunding dengan pihak Ukraina, atau melalui operasi militer,” ungkapnya.
Baca juga: Inggris Klaim Rusia Targetkan Area Berpenduduk, Diduga untuk Runtuhkan Moral Ukraina
“Target kami sangat jelas, demiliterisasi dan ‘denazifikasi’ Ukraina sehingga Ukraina menjadi negara yang netral,” imbuhnya.
Dubes Rusia menuduh pemerintah Ukraina mendukung ideologi Nazi yang menurutnya tersebar luas di Ukraina.
Selain itu, dia menyebut akar masalah dari krisis ini adalah sabotase terhadap perjanjian Minsk yang dilakukan Kiev selama bertahun-tahun.
Rusia, kata Vorobieva, telah berusaha menempuh solusi damai dalam delapan tahun terakhir.