Rusia Akan Hentikan Operasi Militer di Ukraina Jika Target Selesai, Apa yang Ingin Dicapai?
Hingga kini Rusia belum menghentikan operasi militernya di Ukraina. Peperangan masih berkecamuk.
Editor: Willem Jonata
“Kami memprakarsai perjanjian Minsk yang memberikan cara yang jelas untuk menyelesaikan konflik di Ukraina,” ungkapnya.
Baca juga: Anak 11 Tahun Sendiri Lintasi Perbatasan Slovakia, Orangtuanya di Ukraina, Rawat Nenek yang Difabel
Dilansir dari Al Jazeera, pada September 2014, Ukraina dan separatis yang didukung Rusia menyetujui sebuah kesepakatan gencatan senjata yang berisi 12 poin.
Kesepakatan ini disebut perjanjian Minsk I. Sayangnya, perjanjian ini gagal setelah kedua belah pihak melakukan pelanggaran.
Maksud Putin denazifikasi Ukraina
Ada dua hal yang hendak dicapai Rusia dalam operasi militer di Ukraina, yakni demiliterisasi dan denazifikasi.
Demiliterisasi jelas. Bahwa Rusia ingin melucuti militer Ukraina.
Namun, apa yang dimaksud Presiden Rusia Vladimir Putin tentang denazifikasi?
Saat mengumumkan dimulainya operasi militer khusus untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) pada 24 Februari lalu, Presiden Putin menggambarkan tujuannya sebagai 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina.
Juru bicaranya kemudian menjelaskan bahwa 'denazifikasi' berarti bahwa Rusia berencana untuk membebaskan Ukraina dari neo-Nazi, pendukung mereka, dan ideologi mereka.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (27/2/2022), Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara asing tentang neo-Nazi yang mengambil alih Ukraina setelah kudeta yang didukung Barat pada 2014 lalu.
Baca juga: Kemhan Rusia Klaim Pesawat Pembom Su-34 Fighter Hancurkan Fasilitas Militer Nasionalis Ukraina
Namun, negara-negara Barat diduga memilih untuk mengabaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh rezim Ukraina.
Lalu apa saja kejahatan yang dimaksud Putin?
Membakar rumah serikat pekerja, dengan orang-orang yang masih ada di dalamnya
Sebagai nasionalis dan neo-Nazi, pemerintah Ukraina secara ilegal merebut kekuasaan di seluruh penjuru negara itu.
Begitu pula dengan bentrokan antara neo-Nazi dan pengunjuk rasa anti-Maidan yang terjadi di seluruh negeri.